Gaya Hidup

Pakar: Komunikasi Positif Keluarga Penting di Era Digital

INDOPOSCO.ID – Pakar Ilmu Keluarga dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor (IPB) Yulina Eva Riany menyebut pentingnya menjalin komunikasi positif antarkeluarga atau dari orang tua kepada remaja di era digital.

Di tengah maraknya kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di media sosial, Yulina menekankan pentingnya pengasuhan yang sehat bagi remaja untuk mencegah mereka terlibat dalam penyalahgunaan data atau informasi pribadi di era akal imitasi (AI).

“Ada gap antargenerasi atau generational gap yang seringkali memperlebar jarak emosional antara orang tua dan anak. Teknologi dan media sosial membuat remaja kini terpapar berbagai sudut pandang, yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai keluarga,” katanya dalam diskusi yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, di era digital, remaja rentan menghadapi krisis dan tantangan yang berbeda, terutama pada tahap menemukan identitas atau yang dalam istilah ilmiah dikenal dengan identity vs role confusion, yakni masa ketika remaja mulai mempertanyakan jati diri mereka dan mencari arah hidup.

“Remaja di usia ini tidak hanya ingin didengarkan, tapi juga dihargai pendapatnya. Seringkali orang tua bingung, karena anak yang dulunya penurut, tiba-tiba berubah menjadi penuh perlawanan. Ini wajar karena mereka sedang mencari identitas diri,” ujar dia.

Yulina juga memaparkan enam strategi penting yang perlu dilakukan di dalam keluarga untuk menciptakan relasi yang harmonis di era digital, pertama, yakni perlunya menyepakati nilai bersama.

“Ayah dan ibu harus satu suara dalam mendidik anak agar tidak mengalami kebingungan,” tuturnya.

Strategi kedua, yakni melakukan pertemuan atau parenting meeting mingguan untuk menyetarakan cara berkomunikasi; ketiga, menggunakan bahasa yang positif dan mudah dipahami ketika berkomunikasi kepada anak; keempat; menggunakan I-message daripada You-message, atau tidak menghakimi ketika menegur anak.

Kelima, orang tua juga perlu menghindari nada tinggi, sindiran, atau bahasa menghakimi saat berkomunikasi; dan keenam, berbicara dari hati ke hati serta memilih waktu yang tepat untuk berdiskusi dengan anak.

“Pertimbangkan kondisi emosional anak sebelum memulai percakapan penting, terutama saat mereka sedang lelah atau sensitif,” ucap Yulina. (bro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button