Ini Solusi Atasi Sampah Plastik

INDOPOSCO.ID-Tingkat konsumsi air minum kemasan gelas (cup) terus menanjak sejak kali pertama diperkenalkan pada tahun 1985. Saat ini, tercatat sudah ada ribuan merek air minum kemasan gelas yang beredar di Indonesia.
Lantas, bagaimana dengan sampahnya? Seperti distribusinya yang masif, sampah gelas plastik, termasuk penutup (seal), sedotan serta pembungkus sedotan, mudah terlihat di mana-mana. Bahkan di lokasi pembuangan akhir sampah.
“Gelas sekali pakai terbuat dari plastik Polypropylene atau PP dalam istilah daur ulang, penutupnya dari jenis plastik yang lain dan kerap disertai dengan sedotan plastik,” kata Gary Bencheghib dari Sungai Watch dalam sebuah laporan audit polusi plastik, belum lama ini.
Sebagian kalangan berpendapat, besarnya timbulan sampah gelas plastik dan efeknya yang membunuh pada lingkungan berlatar banyak hal. Ukuran cup yang relatif kecil dan harganya yang murah sehingga dianggap barang sepele.
Selain menyumbang volume sampah plastik yang tak terpungut, mengkonsumsi produk ini juga ikut memperburuk budaya manajemen sampah yang baik pada level individu.
Sebenarnya, bila berkaca pada riset anyar lingkungan lembaga berbasis Jakarta, Sustainable Waste Indonesia (SWI), persentase daur ulang sampah gelas plastik, termasuk sedotannya, relatif tinggi. Riset SWI di seputaran Jakarta pada Agustus 2021 misalnya, menunjukkan daur ulang kemasan gelas mencapai 81 persen.
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia, Christine Halim menilai keekonomian daur ulang sampah cup terbilang baik.
“Sampah plastik PP yang sudah digiling sekarang ini harganya sekitar Rp14 ribu per kilogram. Kalau gilingan botol PET hanya kisaran Rp10-11 ribu per kilogram,” katanya, seperti dikutip, Senin (10/1).
Christine mengatakan, permasalahan sampah gelas cup ada pada selubung plastik penutupnya, yang sulit dikelupas dari bibir gelas berbahan plastik PP. Adapun soal ukuran gelas yang relatif kecil, juga sedotannya yang terbuat dari plastik PP serta plastik pembungkus sedotan, semuanya bisa didaur ulang.
“Pemulung sudah tahu ada nilai ekonominya,” ujar Christine.
Oleh karena itu, Christine menilai perkara tercecernya banyak sampah plastik cup ke lingkungan bebas lebih karena manajemen sampah yang belum memadai di Indonesia.(ibs)