Dana Abadi Pendidikan Jadi Pilar Ekosistem Ilmu Pengetahuan Indonesia

INDOPOSCO.ID – Dalam upaya mendorong Indonesia menjadi bangsa yang maju berbasis ilmu pengetahuan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bukan sekadar catatan angka, melainkan alat vital untuk mewujudkan cita-cita besar bangsa.
Berbicara di hadapan para akademisi dan pelaku industri dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 yang digelar pada Kamis (7/8/2025), Sri Mulyani menyampaikan bahwa pemerintah telah mengalokasikan dana pendidikan sebesar Rp724,3 triliun untuk tahun 2025 ini. Jumlah tersebut mencerminkan 20 persen dari total belanja negara, sebagaimana diamanatkan konstitusi.
“Itu adalah semuanya digunakan di dalam rangka untuk memperkuat ekosistem pendidikan dan penelitian di Indonesia,” tegas Sri Mulyani mengawali pidatonya.
Anggaran tersebut disalurkan ke berbagai lini dalam dunia pendidikan, dari bantuan langsung untuk pelajar dan mahasiswa, gaji dan tunjangan guru serta dosen, hingga pembangunan fasilitas dan pendanaan riset.
Tak hanya berhenti di sana, Sri Mulyani juga mengungkap perkembangan signifikan Dana Abadi Pendidikan yang kini nilainya telah menembus Rp154,1 triliun per akhir 2024. Dana ini tumbuh pesat dari hanya Rp1 triliun saat pertama kali dibentuk pada 2009.
Dana Abadi ini bukan hanya angka, tapi telah nyata memberi dampak. Sebanyak 670 ribu penerima manfaat telah menikmati beasiswa, termasuk 3.363 mahasiswa Indonesia yang kini belajar di universitas-universitas top dunia.
“Kami ingin memastikan bahwa anggaran pendidikan tidak sia-sia, maka dibuatlah wadah yang disebut Dana Abadi (Pendidikan),” jelasnya.
Tak hanya mendukung sektor pendidikan secara langsung, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga menggulirkan berbagai insentif fiskal, salah satunya super tax deduction untuk perusahaan yang berinvestasi dalam riset dan pengembangan.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, Sri Mulyani berharap konvensi seperti KSTI ini menjadi katalis sinergi antara dunia akademik, industri, pemerintah, dan masyarakat.
“Konvensi ini saya harap akan menjadi salah satu bentuk bagi kita semuanya untuk bekerja sama antara akademisi, industri, pemerintah, dan terutama juga dengan seluruh stakeholder dalam sebuah ekosistem yang meningkatkan produktivitas melalui science dan teknologi,” tambahnya. (her)