Selaras dengan Target NZE 2060, PLN IP Siap Jadi Aktor Utama dalam Percepatan Transisi Energi Nasional

INDOPOSCO.ID – Perusahaan Listrik Negara Indonesia Power (PLN IP) menegaskan komitmennya untuk menjadi aktor utama dalam percepatan transisi energi nasional.
Hal ini selaras dengan target untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060 dan program Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang dicanangkan PT PLN (Persero), sebagai tindak lanjut dari peluncuran Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mengatakan, dalam kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran sangat fokus terhadap kedaulatan energi dan transisi energi. Pada RUPTL 2025-2034, pihaknya tetap berupaya mengoptimalkan potensi sumber daya di Indonesia dengan memperhatikan beberapa aspek.
“Kita tahu bersama dalam Kabinet Pemerintahan Bapak Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Mas Gibran, salah satu programnya itu adalah terkait dengan kedaulatan energi dan transisi energi, dan RUPTL ini sebagai salah satu instrumen untuk pedoman dalam implementasi dari ketersediaan ketenagalistrikan kita,” ujar Bahlil, belum lama ini.
Dalam RUPTL 2025-2034 menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 Giga Watt (GW), dimana lebih dari 76 persen atau 52,9 GW, di antaranya berasal dari energi baru terbarukan (EBT) dan Storage.
Secara rinci, Indonesia menargetkan pembangunan tenaga surya sebesar 17,1 GW, tenaga hydro 11,7 GW, Angin 7,2 GW, Panas Bumi 5,2 GW, Bioenergi 0,9 GW, Nuklir 0,5 GW serta alokasi khusus Storage 10,3 GW.
Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra menegaskan, pihaknya telah merancang langkah strategis jangka menengah hingga panjang dalam mendukung implementasi RUPTL 2025-2034, termasuk pembangunan pembangkit EBT, pemanfaatan biomassa untuk cofiring di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) eksisting, serta ekspansi program energi surya dari hulu ke hilir.
“PLN Indonesia Power memiliki peran sentral dalam peta jalan transisi energi Indonesia. Kami siap menjadi pemain kunci dalam mengimplementasikan RUPTL 2025-2034 dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif,” kata Edwin, dalam keterangannya, seperti dikutip, Rabu (28/5/2025).
Indonesia hanya memiliki dua musim, yang memungkinkan pemanfaatan sinar matahari sepanjang tahun untuk pembangkitan listrik berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
“Oleh karena itu, kami mengambil langkah strategis dengan membangun industri PLTS dari hulu hingga hilir, sekaligus mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emission pada 2060,” jelas Edwin.
Di sisi hulu, PLN IP melalui perusahaan patungan PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI) yang merupakan hasil kolaborasi antara PLN Indonesia Power Renewables, Trina Solar Co. Ltd, dan PT Dian Swastatika Sentosa telah membangun pabrik panel surya terintegrasi pertama di Indonesia.
Di sisi midstream dan downstream, anak usaha PLN Indonesia Power Services menjadi ujung tombak dalam pembangunan, instalasi dan pemeliharaan PLTS. Beberapa proyek strategis telah dilaksanakan melibatkan sektor swasta, seperti PLTS PT AIIA dan PT ADSMIN dengan kapasitas total 900 kWp.
PLN IP juga memperkuat portofolio EBT melalui PLN Indonesia Geothermal, yang tidak hanya mengembangkan pembangkit panas bumi, tapi juga proyek PLTS dengan total kapasitas 21,5 Megawatt Peak (MWp) di berbagai wilayah seperti TMMIN, YIMM, dan AICC.
“Selama lima tahun terakhir, PLN Indonesia Geothermal juga telah menghasilkan energi hijau sebesar 5,6 GWh, setara dengan pengurangan emisi karbon sebanyak 4.760 ton CO₂e,” kata Edwin.
Melalui program Hijaunesia dan Hydronesia, PLN Indonesia Power juga membuka peluang kolaborasi dengan investor nasional dan global untuk mempercepat pembangunan pembangkit berbasis surya dan hidro di seluruh Indonesia. (ibs)