Ekonomi

Capai Transisi Energi Bersih Maksimal, Dirut PLN Ungkap Pentingnya Kolaborasi Semua Pihak

INDOPOSCO.ID – Sejak ribuan tahun lalu manusia, kerap memanfaatkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi mereka. Walau sumber energi fosil ini diyakini sangat tak ramah lingkungan, namun celakanya kebutuhan energi dunia kian hari kian meningkat.

Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA) memprediksi hingga tahun 2030 permintaan energi dunia akan naik sebesar 45% atau meningkat 1,6% per tahun dan 80% kebutuhan energi tersebut justru dipenuhi dari bahan bakar fosil.

Pencemaran udara berupa sulfur dioksida, karbon monoksida, nitrogen oksida dan sebagainya dari hasil pembakaran dari bahan bakar fosil jelas akan merugikan kesehatan manusia dan juga merusak lingkungan.

Selain mencemari udara, bakar fosil ternyata juga menyebabkan polusi air ketika sulfur dioksida yang ada dalam bahan bakar fosil terlarut ke dalam air atau menghasilkan asam sulfat yang kemudian jadi hujan asam yang dapat mencemari sumber air seperti danau, sungai bahkan laut.

Tak sekadar pencemaran, penggunaan bahan bakar fosil dalam beberapa dekade terakhir juga diyakini telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim (pemanasan global).

Maka tak heran kalau kemudian dunia, termasuk Indonesia mencoba mengatasi itu semua dengan membuat sejumlah program transisi energi dari energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan atau energi hijau. Indonesia sendiri terus menunjukkan komitmennya dalam menghasilkan energi bersih dan hijau tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pernah menyatakan bahwa pemerintah menargetkan komposisi Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET) dan pada tahun 2025 akan dialihkan sebanyak 23% menjadi energi baru dan terbarukan. Jumlah ini akan dipangkas lagi pada tahun 2050 jadi 31% hingga akhirnya akan mencapai target energi Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Kebijakan ini sangat dimungkinkan mengingat Indonesia sangat kaya akan sinar matahari, sungai dan tentu saja sumber panas bumi karena banyaknya gunung berapi.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi panas bumi di Indonesia bahkan bisa mencapai 23,4 gigawatt atau berada di posisi kedua di dunia setelah Amerika Serikat sebagai negara yang dapat memanfaatkan panas bumi sebagai tenaga listrik.
Sebab Uap panas dan tekanan tinggi yang dipancarkan gunung-gunung berapi ini dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin uap pembangkit listrik tenaga panas bumi.

PLN Berperan
Salah satu keberhasilan Indonesia dalam menghasilkan energi baru dan terbarukan ini, dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau bisa singkat PT PLN. Perusahaan plat merah ini terus menggenjot rencana umum ketenagalistrikan nasional (RUKN) menjadi rencana kelistrikan paling hijau sepanjang sejarah Indonesia lewat strategi accelerating renewable energy development (ARED). Ini dilakukan sebagai upaya mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060, sekaligus mewujudkan kemandirian energi nasional.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, menyatakan dalam beberapa tahun ini PLN telah berhasil menghapus 13 gigawatt (GW) energi batu bara dari perencanaan listrik nasional dan berhasil menghindarkan Indonesia dari emisi karbon sebesar 1,8 miliar ton dalam jangka 25 tahun ke depan.

Bahkan PLN bersama pemerintah juga sudah merancang ulang RUKN paling ramah lingkungan dalam sejarah Indonesia, dimana dalam RUKN terbaru tersebut tak hanya berkontribusi dalam mengejar NZE 2060 namun juga memiliki peran ganda dalam mewujudkan kemandirian energi nasional agar tak lagi bergantung pada energi impor.

“Energi fosil sebagian besar berasal dari energi impor dan harganya sangat mahal. Sekarang kita bisa beralih dari energi fosil ke energi terbarukan (EBT),” kata Darmawan.

Darmawan mengungkapkan upaya yang dilakukan pihaknya tak akan maksimal tanpa kolaborasi dengan sejumlah pihak. Sebab satu-satunya cara menanggulangi dampak energi fosil adalah dengan melakukan kolaborasi di berbagai sektor.

“Ini adalah masalah global, jadi kita semua harus berkolaborasi dalam mengatasinya. Kami di PLN telah memiliki roadmap yang jelas bagaimana transisi energi di Indonesia betul-betul sukses dilakukan,” kata Darmawan.

Darmawan mengungkapkan bahwa pada 2022, konsumsi bahan bakar solar PLTD PLN bisa mencapai 2,9 miliar liter atau setara 5,6 persen dari seluruh kebutuhan bahan bakar yang digunakan oleh PLN. NAmun berkat strategi dedieselisasi yang dilakukan, kapasitas penggunaan bahan bakar diesel milik PLN ini telah dikurangi konsumsi sebesar 1,2 miliar liter per tahun. Ini tentu sebuah prospek yang baik menuju transisi energi yang diharapkan,

Darmawan menambahkan, pihaknya juga telah menyiapkan ARED yang dibekali dengan smartgrid dan green enabling transmission line yang mampu menyalurkan potensi EBT di lokasi terpencil ke episentrum kebutuhan di perkotaan.

PLN juga terus mendorong pembangunan infrastruktur kelistrikan strategis, dengan
terus berinovasi dalam menghadirkan energi listrik yang berkualitas, andal dan berwawasan lingkungan.

“Tugas PLN sekarang tak hanya menyediakan listrik andal, tetapi juga harus menjaga lingkungan, menurunkan emisi gas rumah kaca dan fasilitator kemajuan bangsa Indonesia. Melalui listrik hijau yang andal dan merata, PLN berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, memerangi kelaparan, menekan angka kemiskinan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Darmawan.

Darmawan juga menyampaikan, dalam mewujudkan transisi energi ini, PLN telah melakukan berbagai tranformasi selama empat tahun terakhir, mulai dari sektor pembangkitan, transmisi, distribusi, sistem keuangan, sistem pengadaan, hingga pelayanan pelanggan.

“PLN telah mengubah proses bisnis yang tadinya lambat dan berbelit, kita ubah menjadi proses bisnis yang simpel, sederhana, cepat, dan trengginas,” ujar Darmawan.

Tak sekadar memproduksi listrik bersih, PLN juga terus berkomitmen memperkuat infrastruktur kendaraan listrik dengan menyediakan 1.582 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), 2.182 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), 9.956 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan 14.524 Home Charging yang digunakan untuk pengisian daya kendaraan listrik. PLN juga menggandeng pihak ketiga dalam memenuhi layanan bus listrik Transjakarta bagi masyarakat Jakarta. (wib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button