Produksi Tembaga Dunia Defisit tapi Indonesia Surplus dan Batubara Bisa Menjadi Tumpuan Ekonomi

INDOPOSCO.ID – Komoditas tembaga dan batubara dapat menjadi tumpuan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global di masa mendatang.
Saat ini ada smelter tembaga yang sudah mulai beroperasi dan diperkirakan mampu memproduksi 1,3 juta ton katoda tembaga, sementara serapan lokal masih minim. Adapun produksi batubara ditargetkan mencapai 922 juta ton di 2024.
Ketua Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengatakan, Indonesia mesti memanfaatkan defisit komoditas tembaga global yang terjadi dalam beberapa tahun mendatang.
Oleh karena itu, Indonesia harus memiliki strategi untuk mendapatkan keuntungan dari defisit komuditas tembaga itu dengan melakukan ekspor yang bisa mendatangkan pendapatan untuk negara, utamanya mendatangkan investasi yang dapat menyerap produksi katoda tembaga Indonesia yang surplus.
Saat ini kebutuhan domestik akan tembaga hanya mencapai 250 ribu ton per tahun, sementara produksi katoda tembaga akan mencapai 1,3 juta ton per tahun.
“Maka itu perlu strategy atau dorongan dari pemerintah terhadap downstream industry,” ungkap Rachmat, dalam keterangannya, Jumat (4/9/2024).
Ia mengatakan, hilirisasi perusahaan tambang sudah dilakukan dan telah mendukung program pemerintah. Akan sangat disayangkan jika tidak di manfaatkan di dalam negeri.
“Indonesia harus mengambil peluang dari defisit komoditas tembaga di dunia,” kata Rachmat.
Menurutnya, Indonesia akan disegani dunia karena memiliki tiga atau empat cadangan tembaga besar yang berproduksi di masa mendatang. Dengan produksi yang besar saat global sedang defisit, tentu Indonesia memiliki laverage terhadap komuditas ini.
“Dengan potensi tambahan tambang tembaga baru yang berproduksi, maka Indonesia punya peran besar di dunia. Saat ini Indonesia memproduksi sekitar 3-5 persen tembaga dunia dan diyakini dapat mencapai 7-10 persen dalam beberapa tahun mendatang,” bebernya.
Cina masih Pakai Batubara
Sementara itu, Rachmat juga menyoroti soal kebijakan energi bersih yang mengesampingkan peran dari batubara. Padahal, batubara di Indonesia masih bisa dimanfaatkan sampai 500 tahun.
“Dengan penerapan technology yang baik, maka batubara akan menopang ketahanan energi jangka panjang, sambil terus mendorong pertumbuhan energi terbarukan,” tuturnya.
Saat ini Cina masih membangun pembangkit batubara dan memiliki kebijakan penggunaan batubara untuk mendorong perekonomiannya.
“Cina punya perencanaan jangka panjang untuk batubara, kebijakan bertahap untuk mewajibkan penangkapan sulfur, karbon dan sisa pembakaran di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mereka, kenapa kita tidak?,” tuturnya. (rmn)