Kemandirian dan Ketahanan Energi, Kurangi Beban Impor Minyak Nasional

INDOPOSCO.ID – Ekonom senior Ryan Kiryanto menyebut, kemudahan akses bagi eksplorasi dan eksploitasi hulu migas, termasuk lahan dan perizinan, memegang peran penting dalam mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional. Dan pada akhirnya, ketahanan dan kemandirian energi tersebut, berdampak positif pula terhadap penghematan devisa yang sangat signifikan.
“Ya, pemerintahan pusat dan daerah berperan penting dalam kemudahan akses lahan dan perizinan,” ujar Ryan Kiryanto melalui gawai, Kamis (16/5/2024).
Itu sebabnya, menurut Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) ini, beberapa kendala bagi kemudahan akses eksplorasi dan eksploitasi hulu migas saat ini harus segera dibenahi. Termasuk di dalamnya, adalah persoalan lahan dan perizinan.
Ia menambahkan, kemudahan perizinan dan dukungan pemerintah pusat dan daerah, akan membuka peluang ekplorasi dan eksploitasi yang agresif. Misal seperti dilakukan PT Pertamina Hulu Energi sebagai Sub Holding Upstream PT Pertamina (Persero).
“Dibarengi dengan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), tentu peningkatan produksi migas antara lain oleh PHE. Pada akhirnya akan mendukung pula kemandirian energi nasional,” katanya.
Dia mengatakan, produksi migas yang terus meningkat, tentu bisa memberikan nilai tambah kepada negara. Termasuk di antaranya mengurangi beban impor minyak, peningkatan pendapatan negara dari migas, dan multiplier pertumbuhan ekonomi.
“Kita akan sangat diuntungkan dengan peningkatan produksi itu, sehingga mengurangi ketergantungan importasi BBM,” ucapnya.
“Kita bisa menghemat devisa, karena pembelian dengan mata uang dolar AS. Belum lagi saat ini ketika harga minyak dunia sedang tinggi. Makanya, semua pihak harus mendukung agar PHE terus meningkatkan kinerja positif,” lanjutnya.
Ia menyebut, saat ini devisa yang terpakai untuk impor memang masih tinggi. Untuk minyak misalnya, dengan asumsi bahwa Indonesia masih membutuhkan sekitar 500 ribu barel per hari dari impor.
“Jika menggunakan asumsi harga minyak dunia APBN sekitar 82 dolar AS per barel, berarti kita butuh 41 juta dolar AS per hari untuk membeli minyak dari pasar Singapura. Jika dikalikan kurs sekarang sekitar Rp16 ribu per dolar AS, maka angkanya adalah Rp656 miliar per hari hanya untuk membeli minyak internasional. Itu kan pemborosan,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, kemudahan perizinan pun berdampak positif juga bagi daerah bersangkutan. “Kan ada yang namanya Dana Bagi Hasil (DBH), sudah ada aturannya,” ucapnya.
Sebelumnya, PHE memang terus menunjukkan kinerja positif. PHE mencatatkan produksi minyak sebesar 548 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2,86 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) sehingga produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) hingga trimester 1 tahun 2024 yang merupakan konsolidasi dari seluruh anak usaha PHE. (nas)