INDOPOSCO.ID – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) RI Mukhtarudin menegaskan, perlindungan terhadap calon pekerja migran Indonesia (CPMI) harus dimulai sejak dini melalui penyiapan kompetensi, penguasaan bahasa, serta keterampilan kerja yang matang.
Mukhtarudin juga menyoroti fakta lapangan bahwa pekerja migran terampil jarang mengalami masalah serius, berbeda dengan yang berangkat tanpa persiapan memadai.
“Pekerja terampil jarang mengalami masalah serius, berbeda dengan yang berangkat tanpa persiapan memadai, bahkan oleh pihak tidak bertanggung jawab,” kata Mukhtarudin saat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) RI Brian Yuliarto di Kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, Rabu (24/12/2025).
Ia menyatakan, Presiden Prabowo Subianto memiliki komitmen kuat dengan membentuk Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). Sebelumnya, urusan pekerja migran ditangani oleh sebuah badan, kini ditingkatkan menjadi kementerian.
“Ini adalah bentuk nyata komitmen negara bahwa pekerja migran Indonesia harus dilindungi secara lebih kuat dan menyeluruh,” ujar Mukhtarudin.
Selain itu, Presiden Prabowo juga menekankan pelindungan harus dimulai sejak sebelum penempatan.
“Saya berharap jika pelindungan di awal baik, maka proses penempatan dan pasca penempatan akan berjalan lebih aman. Karena Pak Presiden menegaskan pentingnya penyiapan pekerja migran berbasis keterampilan dan high skill,” ujar Mukhtarudin.
enteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI Brian Yuliarto menekankan pekerja migran bukan sekadar tenaga kerja, melainkan duta bangsa yang mencerminkan kualitas kompetensi, profesionalisme, dan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia di panggung global.
Ia membandingkan dengan negara maju seperti Tiongkok dan India, yang memiliki diaspora SDM unggul tersebar di banyak negara. Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah berkomitmen menjadikan SDM Indonesia unggul dan bersaing global.
Dalam MoU ini, Kemdiktisaintek akan memetakan negara tujuan dan keahlian yang dibutuhkan, membuat program khusus di tahun terakhir studi (tahun 3 atau 4) untuk melatih calon Pekerja migran secara intensif, termasuk bahasa (Mandarin untuk Taiwan, Tiongkok, Jepang untuk Jepang, Inggris) serta sertifikasi sesuai standar negara tujuan.
“Ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk menggeser paradigma penempatan pekerja Migran dari low-skill ke middle atau high-skill, dengan target besar seperti 500 ribu pekerja migran terampil di masa mendatang,” jelas Brian.(dan)









