INDOPOSCO.ID – Perjalanan sebuah produk herbal jarang bisa diringkas dalam hitungan tahun. Ia lebih sering lahir dari proses panjang—dari kebiasaan, ketekunan, dan pengetahuan yang dirawat lintas waktu.
Dalam konteks itu, Kutus Kutus tumbuh sebagai produk yang membawa cerita tentang racikan, nilai, dan upaya menjaga kesinambungan.
Kutus Kutus dikenal publik sebagai minyak herbal yang digunakan dalam perawatan sehari-hari. Namun, di balik produk yang sudah beredar secara luas, terdapat proses yang tidak instan.
Racikan herbal yang menjadi ciri khas Kutus Kutus lahir dari pengolahan bahan alami yang dijalani secara bertahap dan penuh kehati-hatian.
Salah satu figur yang kerap disebut dalam fase awal perjalanan tersebut adalah almarhumah Lilies Susanti Handayani. Bagi orang-orang terdekatnya, Lilies dikenal sebagai pribadi yang teliti dan konsisten dalam merawat racikan herbal.
Lilies memandang bahan-bahan alami bukan sekadar komposisi, melainkan pengetahuan yang perlu dijaga dan digunakan secara bertanggung jawab.
Dalam tradisi perawatan herbal, ketelitian dan konsistensi memiliki makna penting. Racikan tidak hanya soal hasil akhir, tetapi juga tentang proses-mulai dari pemilihan bahan, cara pengolahan, hingga filosofi penggunaannya. Pendekatan inilah yang kemudian menjadi fondasi dalam perjalanan Kutus Kutus.
Seiring waktu, perjalanan sebuah brand tentu tidak selalu berjalan mulus. Dinamika internal dan eksternal merupakan bagian dari proses yang kerap menyertai pertumbuhan. Dalam situasi seperti itu, perhatian keluarga lebih diarahkan pada upaya menjaga nilai dasar yang telah ditanamkan sejak awal.
Fazli Hasniel Sugiharto, yang akrab disapa Arniel, merupakan salah satu anggota keluarga yang kini berupaya menjaga kesinambungan tersebut. Ia memilih untuk tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dan kualitas, sebagaimana yang diajarkan oleh ibunya sejak masa-masa awal merintis racikan herbal.
“Bagi kami, yang terpenting adalah menjaga kualitas dan niat baik di balik racikan ini. Itu yang selalu ditekankan sejak awal,” ungkap Arniel, di Jakarta, seperti dikutip Senin (22/12/2025).
Pendekatan tersebut tercermin dari cara keluarga menyikapi berbagai perbincangan yang muncul di ruang publik. Alih-alih larut dalam spekulasi, fokus utama diarahkan pada pelestarian nilai dan pengetahuan herbal yang telah dirawat selama bertahun-tahun.
Di tengah derasnya arus informasi, produk herbal kerap ditempatkan dalam berbagai persepsi yang tidak selalu proporsional. Karena itu, keluarga menekankan pentingnya pemahaman yang seimbang—bahwa produk herbal merupakan bagian dari perawatan komplementer, bukan pengganti pengobatan medis.
Bagi keluarga almarhumah Lilies, perjalanan Kutus Kutus lebih dari sekadar soal produk. Ia adalah upaya menjaga warisan pengetahuan herbal agar tetap relevan, tanpa kehilangan nilai kehati-hatian dan kesederhanaan yang menjadi dasarnya.
Dalam konteks tersebut, Kutus Kutus dipandang sebagai bagian dari proses panjang merawat pengetahuan, bukan sekadar hasil akhir. Sebuah perjalanan yang terus berjalan, dengan upaya menjaga nilai di tengah perubahan zaman.(ibs)










