INDOPOSCO.ID – Konflik global didorong oleh faktor ekonomi dan politik. Dan Indonesia memiliki modalitas besar untuk menjaga perdamaian dunia.
Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar di Seminar Internasional bertajuk “Indonesia’s Contribution to Contemporary Global Peace and Conflict Resolution” di Jakarta, Kamis (27/11/2025).
Ia menuturkan, Indonesia sebagai negara dengan muslim yang terbesar memiliki modalitas yang besar dalam ikut serta menjaga perdamaian dunia.
Keikutsertaan Indonesia untuk menjaga perdamaian dunia tersebut, menurutnya, menjadi amanat konstitusi. Nasaruddin secara khusus menyoroti konsistensi Indonesia dalam konflik Israel-Palestina.
“Selama ini konflik tersebut menjadi perhatian masyarakat Indonesia sebagai manifestasi solidaritas ukhuwwah Islamiyyah,” katanya.
Ia menggarisbawahi peran aktif Presiden Prabowo Subianto yang dalam Sidang Umum ke-80 PBB (23 September 2025) lalu dengan tegas menyatakan dukungan penuh Indonesia terhadap Solusi Dua Negara (Two-State Solution).
“Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam KTT tersebut menegaskan posisi Indonesia yang disegani untuk mengambil peran nyata dalam diplomasi perdamaian global,” ujarnya.
Selain diplomasi politik, ia menekankan bahwa peran ini diperkuat oleh diplomasi kemanusiaan, seperti pengiriman tim medis dan pembangunan rumah sakit, yang melibatkan masyarakat sipil.
Menanggapi hal itu, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, memperkuat narasi bahwa diplomasi Indonesia adalah diplomasi kemanusiaan, bukan perluasan pengaruh geopolitik.
“Fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, sekaligus negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, menjadikan kita unik. Ini membuktikan bahwa Islam, demokrasi, dan kemanusiaan dapat berjalan seiring,” ujar Asep.
Menurut dia, Indonesia kini dipandang sebagai pemimpin moral dunia Islam, yang dihormati berkat keteladanan dalam menjaga harmoni dan martabat kemanusiaan. Diplomasi ini didukung oleh Kemenag melalui dialog agama dan lintas iman serta “religious soft diplomacy,” yang menjadikan Indonesia model kerukunan beragama yang layak ditiru dunia. (nas)









