INDOPOSCO.ID – Masa depan ekonomi Indonesia ditentukan oleh perguruan tinggi sebagai pusat aktivitas riset dan inovasi.
Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto dalam keterangan, Minggu (23/11/2025).
Ia menuturkan, Indonesia tidak mungkin menjadi negara maju, jika hanya mengandalkan sektor ekstraktif. “Pertumbuhan berkelanjutan hanya bisa dicapai lewat industrialisasi berbasis riset, dan riset terbaik lahir di kampus,” tegas Brian.
Ia menyebut data yang menunjukkan hubungan langsung antara kekuatan universitas dan kemajuan ekonomi. Tiongkok kini mencatat GDP per kapita di atas US$12.000 dan memiliki banyak kampus yang masuk 100 besar dunia.
Juga, Malaysia berada di kisaran US$11.000 per kapita dengan beberapa kampus dalam 200–500 besar dunia. Indonesia, sebaliknya, baru memiliki satu universitas di peringkat 101–200 QS serta beberapa kampus lain di rentang 201–500.
“Indonesia memiliki fondasi kuat, hampir 10 juta mahasiswa dan lebih dari 300 ribu dosen unggul. Tantangannya adalah bagaimana mengorkestrasi kekuatan ini agar menghasilkan daya saing yang nyata,” jelasnya.
Ia mengatakan bahwa dengan ekosistem talenta yang optimal dan memberi ruang bagi mimpi besar, kelas riset dunia, dan akses pada teknologi frontier, akan tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dari ruang-ruang kelas di perguruan tinggi Indonesia.
Dia menekankan, perguruan tinggi harus bertransformasi menjadi “Universitas 4.0”, yakni institusi yang menghadirkan dampak nyata, memimpin inovasi, dan terkoneksi dengan industri, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Hal ini, lanjut dia, sejalan dengan Diktisaintek Berdampak, di mana perguruan tinggi mampu berkontribusi secara sosial, ekonomi, dan di lingkungan sekitarnya. Kampus menjadi etalase kecil dari kemajuan bangsa Indonesia. Peran rektor dalam hal ini menjadi krusial.
“Rektor adalah pemimpin yang menggerakkan pusat produksi pengetahuan bangsa, arsitek ekosistem riset, dan sosok yang memastikan bahwa kampus dapat melahirkan talenta unggul yang dibutuhkan untuk menggerakkan industri strategis Indonesia,” ujarnya. (nas)









