INDOPOSCO.ID – Menjelang satu tahun kepemimpinan Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Rano Karno, Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR) Kiai Haji (KH) Lutfi Hakim buka suara soal arah baru pembangunan Jakarta sebagai kota global berbudaya.
Lutfi menegaskan, langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta di bawah duet Pramono-Rano bukan sekadar pencitraan, tetapi strategi visioner untuk menjawab tantangan pasca Jakarta tidak lagi menjadi ibu kota negara.
“Jakarta boleh modern, tapi tidak boleh tercerabut dari akar budayanya,” kata Lutfi dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Menurutnya, gagasan Jakarta Kota Global Berbudaya yang dicanangkan pada hari ulang tahun (HUT) ke-498 bukan hanya tema seremonial, tetapi tonggak moral menjelang lima abad perjalanan Jakarta.
Lutfi menyebut tema tersebut sejalan dengan kegelisahan dunia terhadap modernisasi yang mengikis identitas budaya.
Dia juga menyinggung dinamika global yang tengah dibahas dalam Konferensi Iklim PBB COP30 di Brasil.
Dalam forum itu, dunia menegaskan pentingnya pelestarian budaya sebagai bagian dari aksi iklim global.
“Jakarta sudah bicara soal ini sejak awal. Saat dunia baru menimbang, kita sudah melangkah,” ujar Lutfi.
Transformasi Jakarta sebagai kota global berbudaya, lanjutnya, memiliki landasan hukum kuat melalui Undnag-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta (DKJ).
Regulasi tersebut mengarah pada tiga agenda besar yakni kota global, pusat ekonomi nasional, dan kota berkelanjutan yang seluruhnya tetap mewajibkan pelestarian budaya lokal.
Ia mengungkapkan, FBR menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) Betawi pertama yang membaca arah perubahan tersebut.
Bahkan jauh sebelum gagasan kota global berbudaya menjadi tema resmi pemerintah, FBR sudah mendorong pembentukan lembaga adat sebagai amanat UU DKJ.
Lutfi bercerita bagaimana para pemikir FBR melakukan roadshow ke fraksi-fraksi DPR RI melalui Kaukus Muda Betawi untuk memastikan frasa lembaga adat masuk dalam UU DKJ.
Perjuangan itu akhirnya menghasilkan Lembaga Adat Masyarakat Betawi (LAM Betawi) sebagai penjaga moral, budaya, dan identitas Betawi di tengah arus modernisasi.
Menurutnya, menjadi kota global membutuhkan daya saing tinggi, namun tanpa budaya, pembangunan akan kehilangan arah.
Karena itu, Lutfi mengapresiasi langkah Pramono-Rano yang menandatangani fakta integritas bersama masyarakat Betawi sebagai komitmen menjaga nilai-nilai lokal.
“Jakarta kini memasuki miqot baru, titik balik sejarah menuju kota global yang tetap berpijak pada kearifan lokal,” ucapnya.
Lutfi menegaskan, masa depan Jakarta bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat Betawi. Ia berharap visi kota global berbudaya tetap dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin berikutnya.
“Kita harus menjadi global tanpa kehilangan akar,” pungkasnya.(fer)









