INDOPOSCO.ID – Pengamat politik Rocky Gerung menilai penetapan Presiden ke-2 Republik Indonesia (RI), Soeharto sebagai pahlawan nasional bukan sekadar keputusan historis, melainkan cerminan dari lemahnya etika politik di Indonesia. Ia menilai bahwa nilai dan moral kini dikalahkan oleh hasil survei dan kekuatan uang.
“Pahlawan nasional hanya ditentukan oleh hasil lembaga survei. Demikian juga kita baca pendapat dari kalangan aktivis atau OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) segala macam itu satu suara. Jadi kita melihat ada orkestrasi tentunya yang akan membelokkan negeri ini,” kata Rocky dalam pernyataan di kanal YouTube miliknya, dikutip pada Senin (10/11/2025).
Rocky menyoroti fenomena di mana pejabat atau menteri dari kalangan yang dikenal “berhaluan kiri” pun tidak berani bersuara kritis atas keputusan tersebut.
“Itu fraksi kiri di kabinet tidak bersuara. Menteri-menteri yang berasal dari kalangan kiri itu mengiyakan hasil survei itu. Jadi, sekarang kita dituntun oleh semacam algoritma lembaga survei,” ujarnya.
Menurut Rocky, lembaga survei kini menjadi semacam “alat politik” yang bekerja bukan untuk mencari kebenaran, melainkan untuk memberikan legitimasi terhadap kepentingan tertentu.
“Bagaimana lembaga survei, tanpa nilai, segera mengajukan pertanyaan yang dibungkus dengan pengarahan pertanyaan. Saya kira itu poinnya,” jelasnya.
Lebih jauh, ia menilai politik Indonesia hari ini semakin kehilangan makna etisnya. Nilai, moral, dan idealisme seolah tenggelam dalam permainan uang dan statistik.
“Karena nilai itu, atau value atau ethics dalam politik itu, terabaikan atau terjual oleh hasil lembaga survei. Kita lihat dari awal bahwa politik Indonesia sebetulnya hanya ditentukan oleh jumlah uang yang beredar di lembaga survei,” tambahnya.
Dalam pandangannya, ketika politik kehilangan nilai, maka arah bangsa pun mudah digiring oleh logika pasar dan angka, bukan oleh nurani sejarah.
Sebelumnya, Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), melalui riset terbarunya pada 5-7 November 2025, mencoba memotret denyut persepsi masyarakat terhadap figur yang selama lebih dari tiga dekade memimpin Indonesia itu.
Hasilnya, 80,7 persen responden menyatakan mendukung Soeharto menjadi Pahlawan Nasional. Alasan yang paling dominan adalah keberhasilannya dalam program swasembada pangan (78 persen) dan pembangunan nasional (77,9 persen). Faktor lain yang menonjol adalah sekolah dan sembako murah (63,2 persen) serta stabilitas politik (59,1 persen).
“Yang terbanyak karena berhasil membawa Indonesia swasembada pangan, kemudian berhasil melakukan pembangunan di Indonesia, karena sekolah murah dan sembako murah, karena stabilitas politik yang baik, lainnya macam-macam ada perjuangan kemerdekaan dan militer,” jelas founder Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio, Sabtu (8/11/2025). (her)









