INDOPOSCO.ID – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN terus memperkuat kebijakan pengasuhan anak usia dini berbasis bukti dan kolaborasi lintas sektor melalui kegiatan Diseminasi Policy Brief Kajian Pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang digelar secara daring, Jumat (7/11/2025).
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Balita dan Anak Kemendukbangga/BKKBN bekerja sama dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN RI) ini menjadi ajang penting untuk menyebarluaskan hasil kajian kebijakan pengasuhan anak usia dini dari seluruh provinsi. Sasaran kegiatan ini adalah pemangku kebijakan, pengelola kegiatan, dan pihak terkait pengasuhan 1000 HPK.
Direktur Bina Ketahanan Keluarga Balita dan Anak Kemendukbangga/BKKBN, dr. Irma Ardiana, MAPS, dalam sambutan pembukanya menegaskan bahwa pengasuhan pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan periode paling menentukan dalam membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.
Pengasuhan yang tepat di masa ini, menurut dr. Irma, berperan penting dalam mengurangi risiko stunting, meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak, serta memperkuat ketahanan keluarga.
“Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah masa emas yang tidak bisa diulang. Pengasuhan yang berkualitas akan membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan tangguh,” ujarnya.
Karena itu, Kemendukbangga/BKKBN terus mendorong penguatan kebijakan pengasuhan berbasis bukti yang melibatkan semua unsur, mulai dari pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat.
Dokter Irma menjelaskan bahwa penguatan kebijakan pengasuhan dilakukan secara terpadu melalui empat kerangka besar, yaitu regulasi, proses bisnis, pendanaan, dan sistem informasi. Pendekatan ini sejalan dengan implementasi nurturing care framework yang dikembangkan WHO (Badan Kesehatan Dunia) dan UNICEF (Dana Anak-anak PBB), dengan lima dimensi utama pengasuhan anak.
Kelima dimensi itu adalah kesehatan, kecukupan gizi, stimulasi dini, pengasuhan responsif, serta keamanan dan keselamatan.
Dalam paparannya, dr. Irma juga menyoroti hasil kajian dan arah kebijakan pengasuhan nasional yang tengah dijalankan Kemendukbangga/BKKBN melalui dua program strategis, yaitu Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) dan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI).
Kedua program ini berfungsi sebagai model pengasuhan terpadu yang menekankan keterlibatan aktif keluarga dan masyarakat.
Program TAMASYA, misalnya, hingga September 2025 telah menjangkau lebih dari 3.202 taman asuh atau tempat penitipan anak (TPA) di seluruh Indonesia, terdiri dari 854 berbasis perusahaan, 485 dikelola pemerintah, dan 1.863 dikelola masyarakat.
“Program ini bukan sekadar penitipan anak, tetapi wadah pembelajaran keluarga. Di sini, orang tua dilibatkan dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan mendapatkan edukasi melalui kelas parenting,” ujar Irma. (ney)









