INDOPOSCO.ID – Banyak orang percaya bahwa lari di atas permukaan keras seperti aspal bisa merusak lutut dan mempercepat kerusakan sendi. Namun, menurut Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Konsultan Hip & Knee RS Siloam Kebon Jeruk, dr. Karina Besinga, SpOT (K), anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat.
“Saya rasa itu bukannya fakta, itu suatu mitos, tidak demikian,” tegas dr. Karina ditemui INDOPOSCO, Sabtu (1/11/2025).
Menurutnya, kemampuan sendi dan bantalan tulang setiap orang berbeda, sehingga efek lari tidak bisa digeneralisasi. Ia menjelaskan bahwa faktor kebiasaan olahraga sejak muda sangat berpengaruh terhadap kondisi lutut saat usia lanjut.
“Kalau dari usia muda kita terlatih untuk biasa lari, sampai usia 50–60 tahun cartilage-nya terbentuk kenyal dan elastis,” jelasnya.
Sebaliknya, orang yang baru mulai rutin berlari di usia 40–50 tahun cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami cedera atau penipisan bantalan tulang.
“Ada orang yang dari genetiknya terlahir bantalan tulangnya memang lembek. Nah kalau dia lari meskipun usia 20 tahun tapi sakit, ya itu tidak bisa dibandingkan dengan orang yang cartilage-nya normal,” terangnya.
Lebih lanjut, dr. Karina menegaskan bahwa kondisi tubuh manusia sangat individual. Tidak ada aturan mutlak mengenai apakah lari baik atau buruk untuk lutut. Iklim tropis pun tidak berpengaruh signifikan, kecuali jika sudah ada kerusakan sendi sebelumnya.
“Selalu kembali pada masing-masing individu. Karakteristik tiap orang berbeda, sama seperti warna kulit,” tambahnya.
Lari di atas jalan beraspal bukanlah musuh lutut, selama dilakukan dengan kondisi fisik yang siap, teknik benar, dan bertahap. Tubuh setiap orang punya kapasitas berbeda, jadi kenali batasan diri dan lakukan latihan yang sesuai. (her)









