INDOPOSCO.ID – Di tengah tekanan ekonomi dan harga kebutuhan yang terus naik, kelas menengah Indonesia kini mulai menata ulang prioritasnya. Lembaga Survei KedaiKOPI, dalam momentum ulang tahun ke-11, merilis hasil survei bertajuk “Perilaku Konsumsi & Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah” yang menunjukkan adanya pergeseran perilaku konsumsi dalam tiga bulan terakhir.
Survei yang dilakukan pada 14–19 Oktober 2025 terhadap 932 responden dengan metode online-CASI ini menemukan bahwa pengeluaran rumah tangga kelas menengah meningkat signifikan. Dampaknya, sebagian besar anggaran kini dialihkan ke kebutuhan pokok dan pendidikan, sementara pos belanja seperti fesyen, makan di luar, hingga rekreasi mulai dipangkas atau bahkan ditunda.
Dari sisi keuangan, potret kelas menengah semakin menarik. Satu dari dua responden menggunakan paylater, sepertiga memiliki utang bank non-KPR, dan seperempat pernah mengakses pinjaman online (pinjol). Kondisi ini menandakan tingginya ketergantungan pada fasilitas kredit konsumtif di kelompok masyarakat ini.
“Kenapa Paylater ini banyak yang menggunakan? Karena gampang, mudah secara persyaratan dibanding kartu kredit, nah resikonya kalau semuanya gagal bayar atau mayoritas gagal bayar,” kata peneliti lembaga survei KedaiKOPI, Ashma Nur Afifah di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Meski begitu, persepsi publik terhadap keberpihakan pemerintah masih terbelah. Sebanyak 58 persen responden menilai pemerintah masih berpihak pada kelas menengah (10 persen sangat berpihak, 48 persen cukup berpihak). Sementara 37 persen menilai pemerintah belum berpihak, dan 5 persen lainnya memilih tidak berpendapat.
“Kebijakan pendidikan dan kesehatan diperlukan juga sama kelas menengah, namun perlu diingat kebutuhan dasar seperti itu kurang relevan bagi masyarakat menengah,” ujar Ashma.
Melalui survei ini, KedaiKOPI juga memberikan sejumlah rekomendasi strategis. Antara lain, stabilisasi harga pokok melalui operasi pasar, perluasan bantuan berinsentif seperti cek kesehatan gratis dan sekolah rakyat, optimalisasi komunikasi publik digital, serta mitigasi dampak pergeseran belanja online terhadap ritel fisik.
Ashma juga menekankan pentingnya peningkatan keterampilan dan dukungan terhadap tenaga kerja kelas menengah.
“Sediakan pelatihan kerja formal yang memadai. Pastikan layanan dasar tercover: pendidikan berkualitas dan kesehatan bermutu. Jika sektor formal sulit, ciptakan pekerjaan informal yang stabil melalui penyediaan modal, akses pembiayaan, atau pelatihan kewirausahaan,” tambahnya.
Memperingati usia ke-11, founder sekaligus CEO Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio, menyampaikan refleksi atas perjalanan lembaganya yang kini juga menaungi Rujak Politik, rumah bagi berbagai kanal YouTube seperti Hendri Satrio Official, Jangkrik Boss ala Hensa, dan Rujakpolitik Channel.
“Sebelas tahun perjalanan KedaiKOPI adalah bukti komitmen kami terhadap data yang jernih dan independen,” ujar Hensa, sapaan akrabnya.
Ia menegaskan, KedaiKOPI akan terus menghadirkan survei berkualitas untuk membaca arah perubahan masyarakat dan ekonomi Indonesia.
“Dengan data ini, kami berharap kebijakan lebih tepat sasaran, menjaga daya beli kelas menengah sebagai penggerak ekonomi,” pungkas Hensa.
Dalam lanskap ekonomi yang terus berubah, suara kelas menengah menjadi barometer penting bagi arah kebijakan. Dan seperti kopi yang diseduh dengan cermat, data KedaiKOPI hadir menyajikan rasa realitas sosial yang jernih, pahit, manis, sekaligus membangunkan kesadaran. (her)









