• Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Koran
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Nasional

NU-Muhammadiyah Itu Adik-Kakak, Mengedepankan Semangat Toleransi, Begini Kata PBNU

Laurens Dami Editor Laurens Dami
Sabtu, 3 Agustus 2024 - 11:45
in Nasional
nuco

Caption:Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Zulfa Mustofa. Foto: dokumen MUI

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Zulfa Mustofa mengibaratkan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah seperti adik dan kakak. Muhammadiyah lahir lebih dahulu (1912), sementara NU lahir belakangan (1928). Namun demikian, jumlah jamaah NU lebih banyak sehingga Kiai Zulfa menyebut NU dengan adik bongsor.

Ia berpendapat, NU dan Muhammadiyah berbeda di aspek cabang (furu’), bukan pokok (ushul). Jika demikian, yang perlu dimunculkan adalah semangat toleransi (tasamuh). Sebagai saudara tua, lanjutnya, Muhammadiyah biasanya berpuasa dan berlebaran dulu. NU tidak mempermasalahkannya.

BacaJuga:

Reformasi Total, Menteri PAN-RB Minta BP Batam Sederhanakan Proses Bisnis dan Organisasi

Jadi Biang Kerok Kemacetan Bojonegara – Puloampel, Pemprov Banten Perketat Aktivitas Pertambangan

Lebih Mahal dari Dapur Umum, DPR Pertanyakan Anggaran Pembangunan SPPG Senilai Rp1,97 Triliun

“NU tidak pernah puasa duluan. Muhammadiyah puasa duluan karena di mana-mana kakak itu duluan. Adik itu ngalah. Tarawih juga begitu, kakak pulangnya duluan karena rakaatnya lebih sedikit,” kata Kiai Zulfa dalam keterangan, Sabtu (3/8/2024).

Ia lalu menceritakan pengalamannya menjadi penceramah di masjid Muhammadiyah selama hampir 20 tahun. Disebutkan, pengurus Muhammadiyah sengaja mengundangnya, agar jamaah Muhammadiyah mengetahui cara berpikir, berfatwa, beribadah, dan beramaliah ala NU dari kiai NU langsung, bukan dari lainnya.

“Kalau yang diundang dari Muhammadiyah, khawatirnya dia menyesatkan semua yang dilakukan NU. Saya respect (hormat) dengan Muhammadiyah,” ungkapnya.

Ia berharap, apa yang dilakukan Muhammadiyah itu mengundang narasumber dari kelompok lain bisa ditiru oleh ormas atau lembaga lainnya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara umat Islam. Misalnya, dulu orang-orang Madura menganggap Muhammadiyah bukan bagian dari Islam.

Namun setelah ada silaturahmi dan silatul afkar, mereka menjadi paham.
Hal yang sama juga bisa diterapkan dalam mengkaji suatu kitab. Kiai Zulfa bercerita bahwa gurunya, KH. Sahal Mahfudh, mempersilakannya untuk membaca kitab apa pun, termasuk karya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jawziyah.

Namun Kiai Sahal berpesan agar ia mengambil yang jernih dan meninggalkan yang tidak jernih dari kitab-kitab yang dikajinya.
Ia lantas menyoroti pengurus masjid dan majelis taklim yang terkadang memonopoli lembaganya.

Mereka, lanjutnya, mengundang penceramah dari kelompoknya sendiri dan menyampaikan suatu materi, termasuk tentang kelompok lain, berdasarkan perspektifnya sendiri. Menurutnya, hal seperti ini kurang bijaksana dan justru akan menimbulkan kesalahpahaman di antara umat Islam.

“Seharusnya biarkan saja. Penceramah diambil dari kelompok lainnya agar umat menjadi cerdas,” paparnya.

Ia kemudian menyitir perkataan Umar bin Abdul Azis ‘Saya justru tidak senang kalau umat Nabi Muhammad tidak berbeda pendapat. Baginya, berbeda pendapat membuka pilihan sehingga umat punya pilihan.

Ia berpandangan, perbedaan pendapat, baik di wilayah cabang (furu’) maupun pokok (ushul), jangan membuat pengurus majelis taklim, masjid, dan dai menjadi tidak rukun. Bagi dia, meski berbeda secara ushul, non-Islam adalah saudara sebangsa dan setanah air.

Kiai Zulfa menyesalkan para dai yang menyampaikan narasi-narasi kebencian terhadap sesama Muslim karena tidak memahami masalah furu’ dan ushul. “Kita juga tidak boleh membenci orang yang berbeda masalah furu’ karena dia adalah saudara sebangsa, setanah air, dan sesama manusia,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa peradaban manusia berkembang sesuai dengan tantangannya. Allah menciptakan setiap bangsa dengan peradaban dan tantangannya. Indonesia adalah negara yang penuh keragaman sehingga tantangan yang dihadapinya juga luar biasa.

Dari sisi keamanan Indonesia adalah negara yang rentan tidak aman, karena ada banyak agama, etnis, dan suku. Perbedaan itu mudah dimanfaatkan untuk saling membenci dan memusuhi. Namun Indonesia mampu menjaga keragaman karena ada banyak jembatan sosial di Indonesia yang bisa mengatasi persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan,” ungkapnya. (nas)

Tags: NU-MuhammadiyahPBNUtoleransi
Berita Sebelumnya

Dianggap Hilangkan 20 Dokumen C Hasil TPS, KPU Serang Jalani Sidang Pelanggaran Administratif

Berita Berikutnya

Ternyata Begini Cara Terduga Teroris di Batu Kumpulkan Uang untuk Beli Bahan Peledak

Berita Terkait.

rini
Nasional

Reformasi Total, Menteri PAN-RB Minta BP Batam Sederhanakan Proses Bisnis dan Organisasi

Selasa, 18 November 2025 - 11:42
deden
Nasional

Jadi Biang Kerok Kemacetan Bojonegara – Puloampel, Pemprov Banten Perketat Aktivitas Pertambangan

Selasa, 18 November 2025 - 11:32
mbg
Nasional

Lebih Mahal dari Dapur Umum, DPR Pertanyakan Anggaran Pembangunan SPPG Senilai Rp1,97 Triliun

Selasa, 18 November 2025 - 11:22
makan
Nasional

Demi Stabilitas Harga, BGN Ubah Arah Kebijakan Menu MBG

Selasa, 18 November 2025 - 10:40
dadan
Nasional

Anak Pejabat Diduga Monopoli Proyek MBG, BGN Malah Sanjung “Pahlawan Merah Putih”

Selasa, 18 November 2025 - 10:30
Prabowo: Lompatan Besar Pendidikan, Digitalisasi Didorong Jadi Arah Baru Belajar
Nasional

Prabowo: Lompatan Besar Pendidikan, Digitalisasi Didorong Jadi Arah Baru Belajar

Selasa, 18 November 2025 - 10:10
Berita Berikutnya
88

Ternyata Begini Cara Terduga Teroris di Batu Kumpulkan Uang untuk Beli Bahan Peledak

BERITA POPULER

  • Survei: 76,2 Persen Masyarakat Percaya terhadap Polri

    Survei: 76,2 Persen Masyarakat Percaya terhadap Polri

    4050 shares
    Share 1620 Tweet 1013
  • Antusiasme Melonjak, JAECOO Serahkan Unit Perdana SUV Listrik J5 EV ke Konsumen di Seluruh Indonesia

    2777 shares
    Share 1111 Tweet 694
  • Terpuruk di Liga, Persis Solo Diam-Diam Siapkan Sesuatu yang Mengejutkan

    877 shares
    Share 351 Tweet 219
  • BPN Kabupaten Lebak Berhasil Lampaui Target Penyelesaian PTSL 2025

    766 shares
    Share 306 Tweet 192
  • Main Game Lebih Praktis dan Mudah: Begini Cara Manfaatkan Gemini AI di Galaxy Z Fold7

    743 shares
    Share 297 Tweet 186
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.