INDOPOSCO.ID – Lontong cap go meh, menu kuliner satu ini cukup familiar bagi masyarakat Tionghoa. Biasanya, kuliner yang muncul di abad ke-19 ini akan diburu saat lima belas hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek atau dikenal dengan Cap Go Meh.
“Makanan khas ini banyak digemari, apalagi menjelang perayaan cap go meh,” ujar Reni, pemilik warung lontong Cap Go Meh di bilangan Cikini, Sabtu (13/2/2021).
Perempuan 42 tahun ini mengatakan, dalam satu porsi lontong Cap Go Meh terdiri dari lontong, sayur labu siam, satu potong ayam opor, satu potong daging empal, satu butir telur pindang dan orek tempe. “Satu porsi ini dibanderol Rp45 ribu,” katanya.
Menurut Reni, dengan kuah opor ayam agak panas tekstur daging kian terasa lunak di lidah. Kenikmatan semakin terasa dan menggugah selera dengan aroma bubuk kelapa dan bubuk kedelai yang ditaburkan di atas lontong cap go meh.
“Pelanggan kami dari karyawan perkantoran di seputaran Cikini, Jakarta Pusat, kalangan artis dan pejabat,” terangnya.
Ia menyebut, beberapa artis yang kerap singgah di antaranya Marini Sardi, Krisbiantoro, Aji Pangestu, Uya Kuya dan Camelia Malik.
“Sebelum pandemi Covid-19, setiap perayaan Cap Go Meh, warung penuh dan pesanan banyak,” ucapnya.
Dia mengaku, resep untuk membuat lontong Cap Go Meh diperolehnya dari orang tuanya. Untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, menurut Reni, ia tidak mengurangi takaran bumbu, ditambah bumbu rahasia keluarga turun-temurun.
“Bagi masyarakat Tionghoa sajian lontong Cap Go Meh melambangkan peruntungan sekaligus doa,” ujarnya.
Perlu diketahui, lontong Cap Go Meh menyerupai bentuk bulan purnama saat dipotong. Dan ini berhubungan dengan perayaan Cap Go Meh yang diselenggarakan pada hari ke-15 dari perayaan Tahun Baru Imlek.
Cap Go Meh selalu dirayakan saat bulan purnama, karena dianggap bulan berkah. Dan dalam penyajian lontong Cap Go Meh, piring akan terisi penuh, dan itu bukan tidak memiliki arti. Dalam kepercayaaan masyarakat Tionghoa, itu sebagai doa untuk meminta rezeki melimpah. (nas)








