Bertemu Dubes Georgia dan Mongolia, BKSAP DPR Perkuat Kerja Sama Bilateral di Berbagai Sektor

INDOPOSCO.ID – Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) pada hari ini, Senin ( 10/2/2025) menerima kunjungan dua duta besar Georgia dan Mongolia untuk Indonesia di Gedung DPR RI, Jakarta,
Menurut Wakil Ketua BKSAP Muhammad Husen Fadlulloh, pertemuan dengan kedua megara itu adalah untuk mempererat hubungan bilateral di berbagai sektor.
Kunjungan pertama yang diterima oleh BKSAP DPR adalah Dubes Mongolia untuk Indonesia, Tornike Enktaivan Dashnyam.
“Atas nama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia, kami ucapkan terima kasih dan penghormatan yang tinggi atas ketersediaan Yang Mulia Bapak Duta Besar untuk melakukan pertemuan dengan kami pada kesempatan sore hari ini,” ujar Husen dalam pertemuan.
Politisi Fraksi Partai Gerindra ini menyoroti bahwa hubungan diplomatik Indonesia-Mongolia telah terjalin selama 69 tahun sejak 21 Desember 1956 dan tetap menjadi bagian penting dalam kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Dalam mendukung hal ini, DPR RI periode 2024-2029 telah membentuk Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Indonesia-Mongolia.
“Melalui GKSB, kami ingin mendukung penuh hubungan pemerintah RI dan pemerintah Mongolia yang ditindaklanjuti dengan penguatan berbagai bidang, mulai dari ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, hingga ketenagakerjaan,” jelasnya.
Salah satu sektor yang menjadi perhatian adalah perdagangan antara Indonesia dan Mongolia yang terus mengalami pertumbuhan. Husen mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengekspor berbagai produk ke Mongolia, termasuk bahan farmasi dengan merek ‘Mixagrip’ yang cukup dikenal di sana.
“Perdagangan kita sempat mencapai 26,01 juta Dolar AS pada 2014, namun menurun menjadi 5,93 juta Dolar AS di 2017 akibat pandemi. Kami menyambut baik dibukanya kembali Kedutaan Mongolia di Indonesia pasca-Covid, yang ditandai dengan kunjungan Dubes Mongolia ke Presiden Prabowo pada 4 November 2024,” tambahnya.
Selain bidang ekonomi, Indonesia juga menawarkan potensi kerja sama di sektor pariwisata dengan lima destinasi super prioritas, yakni Borobudur, Danau Toba, Likupan, Mandalika, dan Labuan Bajo.
“Kami berharap tidak hanya wisatawan, tetapi juga investor dari Mongolia dapat berpartisipasi dalam pengembangan destinasi wisata unggulan Indonesia,” tukas Husen.
Kemudian pertemuan kedua adalah dengan Duta Besar Georgia untuk Indonesia, H.E. Mr. Tomike Nozadze.
“Kami mengapresiasi hubungan bilateral yang kuat dan telah terjalin baik antara Indonesia dan Georgia sejak 1993. Meskipun masih tergolong muda, hubungan ini telah mendorong pemahaman yang lebih dalam serta kerja sama yang erat di berbagai bidang, termasuk ekonomi,” ujar Husen.
Ia juga menyoroti keberadaan Forum Konsultasi Bilateral (FKB) RI-Georgia sebagai platform penting untuk mengembangkan potensi kerja sama kedua negara. Di tingkat parlemen, DPR RI memandang Parlemen Georgia sebagai mitra strategis, mengingat berbagai dialog telah berlangsung sebelumnya, termasuk pada Agustus 2024 dengan mantan Ketua BKSAP.
“Bulan lalu, kami juga telah membentuk Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Indonesia-Georgia untuk periode 2024-2029. Kami berharap sinergi antara parlemen dan pemerintah kedua negara semakin erat untuk memastikan kerja sama yang efektif,” tambahnya.
Dalam bidang ekonomi, Husen menyoroti ekspor berbagai komoditas Indonesia ke Georgia, seperti kopi dan bijih tembaga. Pada 2023, total perdagangan kedua negara mencapai 100 juta Dolar AS.
“Keberadaan Georgia–Indonesia Business Association (GIBA) harus dioptimalkan sebagai jembatan bagi pelaku usaha dari kedua negara. Selain itu, Indonesia dapat menjadi pintu masuk dan pusat perdagangan ke kawasan ASEAN yang memiliki lebih dari 600 juta penduduk,” jelasnya.
Terkait transisi energi, Husen juga ingin mempelajari langkah-langkah yang diambil Georgia, seperti implementasi Renewable Energy Law dan Energy Efficiency Law.
“Kami berharap dapat mengeksplorasi kerja sama di bidang ini, terutama antarparlemen. Kerja sama adalah kunci karena setiap negara memiliki sumber daya yang berbeda. Selain itu, kita harus memastikan komitmen pendanaan iklim hingga 300 miliar Dolar AS per tahun hingga 2035 benar-benar terwujud,” tegasnya.
Dalam sektor pariwisata, Husen mengapresiasi kebijakan e-Visa Georgia yang memudahkan kunjungan jangka pendek dan berharap adanya pembebasan visa total di masa depan. Ia juga mempromosikan lima destinasi super prioritas Indonesia, yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
“Kami berharap semakin banyak wisatawan Georgia yang berkunjung untuk mengenal keindahan dan keberagaman budaya Indonesia. Namun, saya juga ingin menegaskan pentingnya menghormati hukum, peraturan, serta budaya lokal,” ujarnya.
Dalam hal reformasi birokrasi, Husen menyebut Georgia sebagai contoh negara yang berkomitmen terhadap pelayanan publik berkualitas melalui Public Service Hall (PSH). Ia juga ingin mengetahui perkembangan PSH di Georgia, mengingat Indonesia kini memiliki lebih dari 200 Mal Pelayanan Publik (MPP) yang berfungsi serupa.
“Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas pertemuan yang bermakna ini. Saya berharap kita dapat terus bekerja sama dalam berbagai isu kepentingan bersama di masa depan,” tutup Husen.
Turut hadir dalam pertemuan ini Ketua GKSB DPR RI-Parlemen Mongolia Muhammad Hilman Mufidi dan Anggota BKSAP DPR RI Ruby Chairani Syiffadia. (dil)