Nusantara

Berkunjung ke Pasar Apung Lok Baintan, Wamentrans: Jaga dan Rawat Tradisi Budaya

INDOPOSCO.ID – Selepas subuh, Kota Banjarmasin, Rabu (20/8/2025), masih terasa gelap. Hujan yang mengguyur semalam menambah dingin di kota terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan itu.

Di tengah suasana yang membuat orang enggan beraktivitas itu tidak mengurungkan Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans) Viva Yoga Mauladi untuk menuju ke dermaga menuju pasar apung.

Suasana jalan di Banjarmasin terlihat lengang dan sepi. Dermaga itu juga tempat kuliner, soto Banjar. Di dermaga ada perahu klotok, jukung mesin, untuk melintas ke berbagai tempat di sepanjang Sungai Martapura, terutama ke Pasar Apung (floating market) Lok Baintan.

Tiba di dermaga, suasana masih terasa gelap selain karena matahari belum muncul juga mendung, awan gelap, menaungi kota yang dulunya menjadi Ibu Kota Kalimantan Selatan. Perahu klotok yang tersedia segera dinaiki. Tak lama kemudian, sarana transportasi yang digerakan oleh mesin buatan Jepang itu bergerak meminggalkan tambatan.

Perahu yang tersusun dari kayu itu berjalan sedang sehingga jarak dari depot Soto Banjar Amat menuju ke Lok Baintan yang berada di Kabupaten Banjar ditempuh sekitar 45 menit.

Suasana pasar apung mulai terasa ketika terlihat seorang ibu mendayung sampan. Semakin mendekat ke titik utama pasar apung semakin banyak sampan hilir mudik di sungai yang didayung oleh para ibu, kaum perempuan. Mereka adalah pedagang yang menjajakan hasil kebun seperti mangga, jeruk, jambu, sawo, pisang, sirsat, sayuran; juga roti, nasi bungkus, kopi, teh, hingga kerajinan tangan khas Kalimantan di sepenggal Sungai Martapura itu.

Perahu klotok yang tiba langsung diserbu para ibu-ibu pedagang. Mereka mendekatkan bahkan menempelkan sampan di badan perahu klotok. Aktivitas itu tidak dilakukan oleh satu, dua, pedagang namun semuanya sehingga perahu yang ada dikepung. Mereka langsung menawarkan barang dagangannya.

Viva Yoga merasa senang bisa berkunjung ke Lok Baintan.

“Saya baru pertama kali ke sini,” ungkapnya.

Wamentrans takjub dengan banyak hal yang ada di pasar tradisional yang berada di sungai besar dan dalam itu.

“Mereka cekatan, lincah, dan bisa menjaga keseimbangan saat menjajakan dagangannya,” ujarnya.

“Lebih unik lagi dalam menjajakan dagangannya mereka menggunakan pantun dan berdendang,” tambahnya. “Dalam berpantun pun saya kalah,” tuturnya dengan tersenyum.

Nilai-nilai budaya seperti ini menurutnya perlu dijaga dan dilestarikan.

Viva Yoga memuji semangat bekerja kaum perempuan di sana yang giat melakukan aktivitas ekonomi.

“Mereka perempuan tangguh dalam kehidupan,” terangnya.

KehadiranWamentrans di sela kunjungan kerja di Kalimantan Selatan itu merupakan bentuk dukungan agar pasar apung itu tetap hidup di tengah semakin maraknya berdiri toko klontong.

Untuk itu Viva Yoga membeli berbagai makanan dan buah yang dijajakan. Kebiasaan minum kopi juga dilakukan di sana dengan membeli kopi dari pedagang kopi di sampan.

Dirinya berharap pemerintah terus memperhatikan pasar itu. Wamentrans mengajak masyarakat untuk berbelanja ke pasar tradisional agar geliat ekonomi di tengah masyarakat terus berputar.

Sebagai pelaku usaha kecil, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), keberadaan mereka perlu terus disokong. Untuk lebih mengembangkan usahanya, baik saat berdagang di pasar apung maupun di pasar yang berada di darat, didorong agar mereka ikut program-program pemerintah yang membantu mereka, seperti menjadi anggota Koperasi Desa Merah-Putih.

“Program pemerintah yang membantu rakyat perlu diserap oleh mereka agar usahanya tetap berjalan,” tutupnya(srv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button