Nusantara

Turunkan Emisi PLTU, PLN Gunakan Limbah Kayu Jadi Bahan Bakar

INDOPOSCO.ID – PT PLN (Persero) menggunakan limbah kayu sebagai bahan bakar untuk menurunkan emisi di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam Asam yang berlokasi di Desa Asri Mulia, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

“Melalui program co-firing, PLN melakukan pencampuran limbah kayu atau yang lebih dikenal dengan istilah sawdust dengan batu bara,” kata Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Asam Asam Dani Esa Windiarto seperti dikutip Antara, Selasa (2/8/2022).

Dijelaskan, sejak Oktober 2021 lalu, PLN telah menerapkan teknologi substitusi batu bara dengan biomassa sebagai bahan bakar PLTU Asam Asam.

Baca Juga : Ada Fakta-Fakta, Dugaan Korupsi Tower PLN Naik ke Penyidikan

Dani menjelaskan sejak diterapkannya cofiring sebesar lima persen di PLTU Asam Asam, parameter operasional peralatan pembangkit terpantau aman dan beberapa parameter emisi yang dihasilkan mengalami penurunan.

Pada Juni 2022, Dani mencatat program “co-firing” yang dilaksanakan telah menghasilkan 855 Megawatt hour (MWh) energi hijau dan lebih dari 5000 Metrik Ton (MT) emisi karbon dioksida equivalent (CO2-eq) telah berhasil ditekan.

“Hal ini menjadi bukti komitmen kami dalam mendukung upaya pemerintah menekan emisi karbon dan mempercepat pemenuhan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025,” paparnya seperti dikutip Antara, Selasa (2/8/2022).

Selain membawa manfaat bagi lingkungan, Dani menjelaskan program co-firing PLTU Asam-Asam juga membawa efek positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.

PLN mengupayakan terbentuknya ekonomi sirkular dengan keterlibatan masyarakat dalam penyediaan serbuk kayu untuk program ini. Sehingga masyarakat dapat memperoleh keuntungan karena nilai ekonomi limbah serbuk kayu turut meningkat.

Salah seorang warga yang turut serta dalam menyediakan limbah kayu kepada PLN, Masran mengaku terbantu berkat program co-firing yang sudah dilaksanakan PLN.

Serbuk kayu yang dulu dianggap limbah ternyata bisa bernilai ekonomis dan dapat membantu masalah pengelolaan sampah di lingkungan. “Kami berharap program ini terus berjalan dan limbah kayu yang kami hasilkan dapat terus diolah,” ungkap Masran.(mg1)

Back to top button