KMI 2025 Dorong Musik Religi sebagai Pilar Spiritual dan Budaya Industri Musik Nasional

INDOPOSCO.ID – Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) terus mendorong ekosistem musik, termasuk musik religi yang juga merupakan salah satu kekayaan musik tanah air. Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 hari ketiga menghadirkan sesi diskusi bertajuk “Musik Religi dan Serba-Serbi Potensinya”.

Dalam diskusi tersebut menyoroti pentingnya menjadikan musik religi bukan sekadar produk, melainkan sebagai pilar spiritual dan budaya dalam industri musik nasional.

Musisi sekaligus rohaniwan Sidney Mohede menegaskan, musik rohani berperan sebagai jembatan yang menghubungkan spiritualitas dengan realitas.

“Musik religi bukan hanya tentang nada dan lirik, tetapi tentang pesan spiritual yang mampu menembus hati manusia,” kata Mohede, dikutip Minggu (12/10/2025).

Di tempat yang sama, musisi religi yang juga akademisi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Sulis menegaskan, Indonesia menjadi satu-satunya negara dengan ekosistem musik religi yang sangat inklusif. Hal ini memungkinkan lintas agama dan budaya tampil bersama dalam satu panggung.

“Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat beruntung karena memiliki masyarakat yang heterogen dan toleran, sehingga prinsip Pancasila menjadi fondasi kuat untuk menerima perbedaan dalam ekspresi seni, termasuk musik religi,” jelasnya.

Sementara itu, aktivis pelayanan musik rohani, Alberd Tanoni mengungkapkan, gagasannya tentang pentingnya peran musik rohani dalam menciptakan dampak positif yang nyata di tengah masyarakat.

Ia membagikan kerangka pemikiran berbasis “IMPACT” sebagai prinsip dasar bagi para pelaku musik rohani dan konten spiritual.

Hal yang sama diungkapkan Pascal Lesmana dari Langit Musik. Dia menyoroti musik religi yang sering dianggap sebagai ekspresi ibadah dan spiritualitas pribadi. Musik tersebut memiliki potensi industri yang belum tergarap maksimal.

“Banyak yang mengira kalau musik religi tidak menghasilkan uang. Padahal, kalau dikelola dengan benar, ini bisa menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan baik bagi musisinya, label, bahkan daerah asalnya,” ujar Pascal.

Ia menjelaskan, pihaknya, melalui Langit Musik mendorong agar lagu-lagu religi tidak hanya diputar saat momen keagamaan atau perayaan musiman saja. Namun bisa hidup sepanjang tahun dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

Pascal juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam distribusi royalti dan pemutaran lagu-lagu di ruang publik.

“Kami membangun platform dan sistem yang mendukung model ekonomi berbagi (sharing economy), dengan skema pembagian pendapatan dari iklan audio kepada pemilik konten,” tuturnya. (nas)

Exit mobile version