Ekspedisi AKBM, Gunung Lalana, dan Pisau Komando

INDOPOSCO.ID – Per lahan tapi pasti, meski tantangan berat di depan harus dihadapi. Ya itulah yang dilakoni puluhan anggota Anak Korps Baret Merah (AKBM) dalam Ekspedisi Pendakian Gunung Lalana, Desa Cibadak, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar) pada Minggu (5/12/2021) pagi.
Di Puncak Lalana terdapat Monumen Pisau Komando yang belum lama ini diresmikan Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Selain pendakian, AKBM juga menyalurkan bantuan sosial ke warga sekitar. Kegiatan itu diikuti sekitar 54 anggota AKBM.
Sebelum dimulai pendakian, Tim AKBM jauh-jauh hari sudah mengajukan surat izin ke Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur dan ditembuskan ke Komandan Batalyon (Danyon) 14 Grup-1 Parako/Kopassus, Semplak, Bogor, Jabar. Ini mengingat wilayah Gunung Lalana masih menjadi kawasan latihan militer dan milik pasukan elite TNI-Angkatan Darat (AD) itu.
Walau gunung itu hanya memiliki elevasi atau ketinggian sekitar 385 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau berkisar 25-30 menit waktu pendakian, namun dianggap cukup berat. Ini karena trek atau jalur yang ekstrem dengan kemiringan sekitar 30-70 derajat, bahkan ada titik tertentu seperti di Tebing Cinta yang memiliki kemiringan sekitar 80 derajat dengan bebatuan terjal. Di titik-titik tertentu itulah sejumlah tali terpasang untuk membantu pendakian.
Sementara itu, mayoritas jalur sudah rapi dan disemen. Di mulai dari bawah, jalur menggunakan conblock sampai Pos 2. Selanjutnya, kondisi trek disemen, sedangkan jalur yang mendekati puncak masih tanah. Untuk jalur semen, para pendaki harus ekstra hati-hati, apalagi jika turun hujan. Soalnya, trek akan berubah menjadi licin.
Kondisi jalur licin dan hujan gerimis juga sempat dialami dalam pendakian Tim AKBM. Tak ayal, beberapa anggota sempat tertatih-tatih dan jatuh bangun menapaki trek basah.
Sebelum pendakian, kondisi cuaca sebenarnya sudah mendung. Namun itu tidak menyurutkan tim untuk menaklukkan Puncak Lalana yang terdapat Pisau Komando berukuran besar.
Para anggota juga dipastikan kondisi kesehatannya. Awal pendakian, mereka harus mengecek tensi darah. Bagi yang tensinya tinggi, disarankan untuk tidak melakukan pendakian. Protokol kesehatan (prokes) pun menjadi persyaratan dalam perjalanan tersebut untuk mencegah penularan Covid-19.
Selain trek dan cuaca, ada pula tantangan lain, yakni kawanan monyet liar. Informasi warga setempat, ada sekitar 200-300 ekor monyet liar yang hidup di Gunung Lalana.
Mereka sangat sensitif dengan makanan bawaan dari pendaki atau pengunjung. Karenanya, para pendaki disarankan tidak membawa atau menenteng makanan, termasuk di dalam tas jika ingin ke Puncak. Pasalnya, kawanan monyet tak segan merampas atau merogoh tas pendaki untuk mencari makanan.
”Kalau bertemu kawanan monyet di jalan, anggap biasa saja. Jangan dikasih makanan, nanti mereka bisa memangil kawanannya, apalagi memancing amarah mereka,” ujar Aki Nardi atau Aki Gondrong, tokoh masyarakat sekitar kepada Indoposco.id.

Tim AKBM pun sempat bertemu dengan kawanan monyet liar di Puncak Lalana. Monyet-monyet liar itu hanya memperhatikan dari dahan-dahan pepohonan. Setelah mengabadikan moment keberhasilan pendakian di Puncak Lalana dan Pisau Komando, Tim AKBM lalu beranjak turun. Selain sudah cukup lama berada di atas, kondisi cuaca juga mulai turun hujan.
Tantangan kembali dihadapi tim saat meninggalkan Puncak Lalana. Pasalnya, jalur lebih licin lantaran diguyur hujan dan trek menurun. Bersyukur, sampai akhir pendakian, seluruh tim dalam kondisi selamat dan sehat.
Sebagai tanda penutupan pendakian, para anggota AKBM lantas disematkan slayer. Disusul penyerahan bantuan sosial kepada perwakilan masyarakat Desa Cibadak dan makan bersama secara liwetan dengan alas daun pisang.
Ketua Umum AKBM Heru S. Djanbi mengatakan, kegiatan pendakian ke Gunung Lalana ini merupakan wujud kekompakkan dan kesolidan putra-putri Korps Baret Merah yang tergabung dalam AKBM.
”Kita juga menjadi lebih memiliki rasa kebanggaan dan loyalitas ke Kopassus dan organisasi (AKBM, red),” ujarnya via ponsel dari D.I. Jogjakarta.
Heru menambahkan, kegiatan ini sangat positif, apalagi bersifat sosial dengan memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar. ”Ini seperti yang sudah kita sepakati bersama saat AKBM berdiri, yakni kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat,” tandas putra Letkol (Purn) Idjon Djanbi, komandan pertama RPKAD/Kopassus itu.
Ekspedisi Pendakian Puncak Lalana ini merupakan kegiatan menyambut HUT Kelima AKBM pada 26 Februari 2022, sekaligus rangkaian persiapan Musyawarah Besar (Mubes) yang rencana digelar pada Februari 2022, dan HUT Keempat AKBM Jabotabek pada 12 November 2021.
Baca Juga: Usai Dilantik, Panglima Andika Rombak Puluhan Perwira TNI, Termasuk Danjen Kopassus
”Kegiatan yang dilaksanakan pada ekspedisi antara lain pendakian Puncak Lalana, bakti sosial dengan menyerahkan baju layak pakai dan Alquran, serta silaturahim antar anggota AKBM,” jelas Plt AKBM Jabotabek Susilo Wardoyo.
Tema kegiatan ini, lanjut dia, yakni ‘Kebersamaan untuk Kemanusiaan’. AKBM merupakan organisasi masyarakat (ormas) yang salah satu kegiatannya di bidang sosial untuk bisa membantu masyarakat yang membutuhkan.

Tentang Lalana
Sebelumnya, Danjen Kopassus Mayjen TNI Mohamad Hasan meninjau pembangunan Monumen Pisau Komando di Puncak Lalana, Selasa (16/11/2021).
Dari rilis Kopassus, monumen ini dibangun untuk menjaga kelestarian cagar budaya di Gunung Lalana. Monumen yang dilapisi bahan baja dengan tinggi 12 meter tersebut mulai dikerjakan pada Juni 2021. Proses pembangunan membutuhkan waktu lama lantaran medan yang sulit dan faktor cuaca tidak menentu.
Puncak Gunung Lalana merupakan gunung kapur dan lahan milik Kopassus. Gunung Lalana sebagian merupakan daerah perbatuan karst dengan kondisi kemiringan yang tinggi dan licin.
Selain itu, di gunung setinggi 385 mdpl itu juga terdapat dua Goa yang memiliki nilai sejarah. Pertama Goa Badrika, merupakan goa tipe vertikal dengan kedalaman sekitar 150 meter dan memiliki beberapa lobang bibir goa sebagai pintu masuk ke dalam goa.
Di sana terdapat tujuh pits dengan ukuran bervariatif serta memiliki ornamen yang masih produktif, aktif, berproses. Di ujung goa terdapat timbunan longsoran yang mengakibatkan penumpukan sedimen pelapukan karts. Goa kedua, yakni Goa Tirtasena merupakan goa tipe vertikal dengan kedalaman sekitar 90 meter memiliki dua pits dengan lubang goa bervariatif. Goa tersebut memiliki dasar yang menyempit dan terdapat sumber air yang cukup lebar dan dalam.
Selain itu juga ditemukan berbagai jenis flora dan fauna serta berbagai bentuk artefak yang kemungkinan besar merupakan peninggalan dari Kerajaan Taruma Negara yang luput dari catatan sejarah.
Di kaki Gunung Lalana dibangun pos penjagaan sebagai awal akses pintu masuk menuju puncak Lalana. Pos ini dibangun untuk mempermudah pengecekan bagi siapa saja yang berkunjung ke Gunung Lalana.
Pos itu juga berfungsi sebagai tempat istirahat tim jaga yang berada di puncak Gunung Lalana. Diharapkan kedepan puncak Lalana dapat dijadikan sebagai tempat objek wisata dan cagar budaya guna memelihara kearifan lokal nusantara. (aro)