DPR Harapkan Dewan Pers Kontrol “Clickbait Journalism”

INDOPOSCO.ID – Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengharapkan Dewan Pers dapat mengontrol praktik jurnalisme yang kian marak mengandalkan clickbait atau judul berita berlebihan yang dikenal juga dengan sebutan “clickbait journalism”.
“Clickbait journalism ini semakin marak. Mungkin Dewan Pers tolong bisa dipantau sehingga bisa ada langkah- langkah yang dilahirkan agar kita dapat mengontrol produk-produk jurnalisme yang mengandalkan clickbait,” ucap Meutya dalam acara virtual, Ahad (15/8) malam.
Dengan perkembangan teknologi digital, media berlomba- lomba memperoleh click yang banyak di dunia maya supaya bisa mendapatkan lebih banyak pembaca dan iklan.
Sayangnya kerap kali praktik “clickbait” itu membuat berita yang diperoleh jauh dari kualitas insan pers yang baik serta benar.
Praktik ini juga cukup banyak diadopsi oleh media- media di Indonesia serta judul yang ada di berita seringkali tidak sesuai dengan isinya karena judul yang dibuat seringkali terlalu berlebihan serta melebih- lebihkan kondisi sebenarnya.
Untuk itu, Meutya yang juga pernah berprofesi sebagai jurnalis sebelum menjadi anggota dewan berharap agar praktik ini bisa dikontrol oleh Dewan Pers sebagai lembaga yang diamanatkan negara melindungi serta mengembangkan insan pers Tanah Air.
“Sejak digitalisasi, kami( DPR RI) melihat ada penurunan kualitas. Mungkin ada beberapa media massa yang berhasil menjaga kualitasnya, tetapi banyak perusahaan pers yang belum karena banyaknya daya saing mengingat media di Indonesia sangatlah banyak. Jadi kami harapkan ini semua bisa diawasi oleh Dewan Pers sehingga semakin banyak media yang terverifikasi serta terjadi peningkatan kualitas SDM dari pers Indonesia yang menjadi salah satu tantangan kita ke depan,” ucap Meutya seperti dikutip Antara, Senin (16/8).
Dia turut menyebutkan salah satu tantangan lainnya untuk insan pers Indonesia menjaga kualitas serta kebebasannya adalah hoaks atau informasi yang tidak benar.
Di masa pandemi, hoaks semakin marak dan bahkan lebih terkenal dibandingkan fakta yang ada di masyarakat.
Kehadiran hoaks lebih mudah diperoleh masyarakat karena seringkali penyebarannya dilakukan lewat media sosial.
Di samping itu, kondisi tersebut semakin diperkuat dengan masyarakat Indonesia yang lebih percaya media sosial dibanding media arus utama.
Dalam riset yang dilakukan oleh Universitas Multimedia Nusantara (UMN) terkait Persepsi Khalayak terhadap Pemberitaan Covid-19 melalui media hingga Juni 2021 didapatkan fakta kalau masyarakat Indonesia paling banyak menjadikan media sosial sebagai referensi terpercaya untuk mendapatkan informasi tentang Covid-19, disusul oleh portal berita ataupun media daring, serta di tempat ketiga diduduki oleh televisi.
Dengan fakta itu maka tidak heran ada banyak hoaks yang sampai ke masyarakat karena dengan mudahnya bertebaran di media sosial.
Oleh karena itu, dia berharap pers di Indonesia bisa kembali pada koridornya memberikan data yang akurat, tepat, serta kredibel dengan praktik jurnalisme yang benar sehingga hoaks tidak lagi dapat mengganggu kondisi masyarakat serta bernegara.
“Kita bisa mendorong peran pers ini, untuk mengedukasi terkait informasi seputar Covid-19 pada khalayak luas sehingga hoaks ini bisa dilawan,” tutupnya. (mg2)