KRI Nanggala-402 Dimakan Usia, DPR Dukung Pembelian Alutsista yang Canggih

INDOPOSCO.ID – Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Gerindra Yan Permenas Mandenas mengatakan, KRI Nanggala 402 adalah kapal selam bermotor diesel listrik tipe U-209 buatan Jerman ini diproduksi 1978 dan diserahkan ke Indonesia pada 1981. Tentu saja, dari tahun produksi tersebut kapal selam Nanggala-402 sudah tua.
“Kapal ini sudah dimakan usia, seharusnya ada upgrade teknologi dan pengoperasian secara bertahap. Tidak langsung diterjunkan di kedalaman 600 atau lebih,” ujar Yan Permenas Mandenas melalui gawai, Minggu (25/4/2021).
Ia menilai, kasus tenggelamnya KRI Nanggala-402 patut diduga ada kesalahan SOP dan faktor human error. Alutsista yang tua, menurut Mandenas, harus diganti dengan alutsista yang super canggih. Baik itu pesawat tempur, kapal selam hingga alutsista darat.
“Teknologi terbaru alutsista ini harus pula didukung oleh sumber daya manusia yang handal,” katanya.
Mandenas mengungkapkan, biaya perawat dan pelatihan alutsista masih sangat terbatas. Sehingga alutsista yang ada tidak memiliki standar perawatan yang baik.
“Ini karena kurangnya dukungan anggaran dari pemerintah. Ke depan masalah alutsista AD, AL dan AU harus dapat dukungan anggaran yang maksimal,” tegasnya.
Ia menuturkan, sebaiknya negara memiliki cadangan alutsista. Hal ini untuk melakukan operasi dan evakuasi saat terjadi kecelakaan. Sehingga, saat terjadi insiden seperti tenggelamnya KRI Nanggala-402 negara tidak lagi meminta bantuan dari negara lain.
“Jangan kejadian sudah sekian hari, baru kita minta bantuan dari negara lain. Proses pencarian KRI Nanggala-402 menunjukkan keraguan KSAL dalam mengambil keputusan minta bantuan dan dukungan dari negara mitra dan negara tetangga,” ujarnya.
Seharusnya, lanjut Mandenas, saat kapal selam KRI Nanggala-402 belum ditemukan satu atau dua hari, maka pemerintah harus segera meminta bantuan negara tetangga yang memiliki peralatan yang mampu mendeteksi dan mengevakuasi.
“Jangan ragu-ragu, kalau memang kita butuh bantuan segera mencari bantuan. Kalau sekarang kan kita hanya mengandalkan kemampuan peralatan yang ada. Ini mengancam keselamatan nyawa 53 awak kapal,” tegasnya. (nas)