Soal Jalan Ataturk, Sekjen PBNU: Lebih Bijaksana Gunakan Nama Tokoh Betawi

INDOPOSCO.ID – Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini menanggapi soal polemik nama jalan di Menteng, Jakarta Pusat akan diganti menjadi nama tokoh bangsa Turki Mustafa Kemal Ataturk. Menurutnya, lebih bijaksana menggunakan nama para tokoh Betawi.
Ia pun menyebut, beberapa tokoh Betawi yang menginspirasi dan memiliki kontribusi bagi penyebaran Islam di Tanah Air. Antara lain, Muhammad Mansyur atau yang dikenal dengan Guru Mansur, Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qays atau Guru Mughni hingga Ahmad Marzuki atau Guru Marzuki.
“Tentang rencana pemberian nama jalan protokol Jakarta dengan nama tokoh pembaharu Turki, menurut saya jauh lebih bijaksana jika menggunakan nama tokoh Betawi yang menginspirasi, seperti Guru Manshur (Jembatan Lima), Guru Mughni (Kuningan) dan Guru Marzuki (Cipinang). Setuju?” kata Helmy melalui akun Twitter resminya @helmy_faishal_z yang dikutip Kamis (21/10/2021).
Baca Juga : Kenapa Turki Usulkan Ataturk Jadi Nama Jalan Jakarta, Ini Kata Pengamat
Guru Mughni lahir sekitar tahun 1860 di Kampung Kuningan, Jakarta, dan wafat dalam usia 70 tahun, ulama Betawi itu memiliki nama lengkap Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qays.
Berdasar laman nu.or.id, bahwa nama lengkap Guru Mansur ialah Muhammad Mansur bin Abdul Hamid bin Damiri bin Abdul Muhid bin Tumenggung Tjakra Jaya (Mataram, Jawa).
Ia dilahirkan di Kampung Sawah Jembatan Lima, Jakarta pada tahun 1878 H dan wafat pada hari Jumat sore, 2 Shafar tahun 1387 H bertepatan dengan tanggal 12 Mei 1967.
Sedangkan KH Ahmad Marzuki bin Mirsod alias Guru Marzuki, salah satu ulama besar di tanah Betawi yang dimakamkan di Cipinang Muara, Jakarta Timur. Termasuk sosok mahaguru bagi para ulama dan pejuang di Batavia pada era kemerdekaan abad ke-19 dan abad ke-20.
Rencana penamaan jalan di Menteng menjadi Mustafa Kemal Ataturk menuai kontroversi. Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal menjelaskan duduk perkara nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, akan diubah menjadi Mustafa Kemal Ataturk.
Hal itu berawal dari keinginan pemerintah Indonesia agar nama jalan di depan KBRI Ankara, Turki, diganti menjadi Ahmed Soekarno. Pada saat ini, jalan di depan KBRI Ankara kini menggunakan nama Belanda, yakni Holanda Cadesi. (dan)