Headline

Tanggapi Putusan MKMK, Majelis Permusyawaratan Rembang Sebut Kekuasaan Berpusat di Eksekutif

INDOPOSCO.ID – Sejumlah tokoh budayawan dan lintas agama yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang mengunjungi rumah KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) untuk membahas situasi politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Tokoh-tokoh tersebut antara lain Goenawan Mohamad, Omie Komaria Madjid, Erry Riyana Hardjapamekas, Lukman Hakim Saifuddin, hingga Antonius Benny Susetyo.

Meskipun Gus Mus tidak hadir dalam konferensi pers, mereka menyampaikan keprihatinan mereka atas situasi politik bangsa saat ini.

“Penting bagi kita semua yang merasa prihatin dengan situasi saat ini. Situasi sekarang sebenarnya sudah kita pahami bersama, namun, jika boleh diulangi, dapat dikatakan bahwa kita sedang menghadapi ketidakstabilan dalam demokrasi Indonesia, yang seperti diayunkan-ayunkan dan ditang-tang-tangkan,” kata Alif Iman Nurlambang yang membuka konferensi pers, diambil dari tayangan YouTube pada Minggu (12/11/2023).

Salah satu isu yang ditekankan oleh Alif Iman Nurlambang adalah kondisi Mahkamah Konstitusi (MK), di mana Majelis Permusyawaratan Rembang menilai terjadi intervensi dari lembaga eksekutif ke lembaga MK (yudikatif) tersebut. Alif juga menyampaikan bahwa terdapat ancaman terhadap asas jujur dan adil dalam pemilu yang akan diselenggarakan pada Februari 2024 mendatang.

“Kekuasaan yang terpusat di eksekutif, seperti yang terungkap oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi, menunjukkan adanya intervensi dari eksekutif ke yudikatif, khususnya ke lembaga konstitusional itu,” ujarnya.

Selain itu, Alif juga mencatat situasi lain, yaitu adanya ancaman terhadap asas jujur dan adil dalam pemilu yang direncanakan pada Februari mendatang.

“Oleh karena itu, masalah ini menjadi perhatian khusus bagi pelaku kebudayaan dan keagamaan di Indonesia untuk memberikan kontribusi melalui diskusi yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Sementara itu, Gus Mus memberikan saran kepada mereka yang bergerak di bidang kebudayaan agar memperhatikan kondisi politik Indonesia. Alif menyampaikan nasihat dari Gus Mus, menyerukan kepada pihak berkuasa dan elit politik bahwa apa yang terjadi telah melukai perasaan semua orang.

“Meskipun kata-kata seperti “melukai” sering disalahartikan sebagai tindakan dramatis atau sinetron. Inilah langkah yang perlu diambil oleh budayawan, tokoh lintas agama, dan tokoh iman,” jelasnya.

Selain itu, pertemuan tersebut juga diadakan untuk menyampaikan kepada warga negara Indonesia bahwa situasi bangsa saat ini tidak menggembirakan.

Dengan mengutip istilah Presiden Jokowi sendiri, Alif menyatakan bahwa Indonesia sedang menghadapi masa sulit.

“Oleh karena itu, penting untuk menginformasikan kepada warga negara agar situasi tetap dapat diatasi dengan tenang, dan kekecewaan dapat disuarakan melalui saluran-saluran demokratis, dengan harapan agar para pemimpin juga tetap berpikir dan mengingat,” pungkasnya. (fer)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button