Dampak Negatif La Nina, BMKG Minta Pemda Siap Siaga Antisipasi Bencana Alam

INDOPOSCO.ID – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengingatkan kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap dampak La Nina. Sebab, pemantauan indikator laut dan atmoster pada dasarian II Oktober 2021 menunjukkan, anomali suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator yang memenuhi prasyarat La Nina.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, status terkini sejak September dasarian III, anomali suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah telah melewati ambang batas La Nina. Dengan secara berturut-turut nilai anomali Dasarian III September -0.63, dasarian I Oktober -0.61, dan dasarian II Oktober -0.92.
“Prakiraan El Niño-Southern Oscillation (ENSO) indeks bulan Oktober 2021 sebesar -0.83 menunjukkan ENSO dalam kondisi prasyarat La Nina Lemah,” katnya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang dikutip, Minggu (31/10/2021).
BMKG memprakirakan fenomena ENSO La Niña Lemah hingga Netral akan berlangsung hingga Maret, April, Mei 2022. Sebagian besar pusat layanan iklim lainnya memprakirakan kondisi ENSO La Niña Lemah hingga Moderate dan akan berlangsung hingga awal tahun 2022.
Namun berdasarkan pelajaran dari La Nina 2020/2021 Anomali CH November 2020, curah hujan meningkat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa titik pengamatan menunjukkan peningkatan hingga lebih dari 70 persen.
Kemudian, pelajaran dari La Nina 2020/2021 Anomali CH Desember 2020, curah hujan meningkat di sebagian besar wilayah Indonesia meskipun sebagian daerah lainnya justru curah hujan berkurang. Beberapa titik pengamatan menunjukkan peningkatan hingga lebih dari 70 persen.
Selanjutnya, pelajaran dari La Nina 2020/2021 Anomali CH Januari 2021 menunjukan, curah hujan meningkat di sebagian besar wilayah Indonesia. Beberapa titik pengamatan menunjukkan peningkatan hingga lebih dari 70 persen.
Di sisi lain, pelajaran dari La Nina 2020/2021 Anomali CH Februari 2021, bahwa Curah hujan meningkat di bagian selatan wilayah Indonesia. Beberapa titik pengamatan menunjukkan peningkatan hingga lebih dari 70 persen.
“Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Kalimantan bagian selatan konsisten menujukkan peningkatan sepanjang November, Desember, Januari dan Februari,” terangnya.
Dwikorita menjelaskan, ancaman La Nina yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya.
Pemerintah Daerah diminta serius menanggapi peringatan dini La Nina yang dikeluarkan BMKG, guna meminimalisir dampak dan kerugian yang lebih besar. Pemerintah Daerah harus menyiapkan rencana aksi hadapi La Nina.
“Mohon kepada daerah untuk tidak menyepelekan peringatan dini La Nina ini. Jangan sampai melupakan upaya mitigasi dan fokus pada penanggulangan pasca kejadian. Mitigasi yang komprehensif akan bisa menekan jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi,” jelasnya.
Ia menyebut, statistik kebencanaan saat ini didominasi oleh peristiwa-peristiwa bencana yang terkait dengan cuaca atau iklim. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, dalam kurun waktu tahun 2019 hingga 2020, kejadian bencana angin ribut atau puting beliung, banjir, longsor dan kekeringan mencapai 79 persen dan 83 persen dari total bencana yang tercatat.
Sehingga, kesiapsiagaan mutlak diperlukan atas jenis bencana ini karena frekuensi kejadiannya yang sangat dominan. Mengingat, sebagian dari bencana alam tersebut tidak bisa kita cegah, namun resiko kerugiannya dapat dikurangi melalui upaya yang massif, koordinasi yang efektif dan sinergi yang baik antar lembaga.
“Peringatan dini yang dikeluarkan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan jeda waktu yang bisa dimanfaatkan utnuk mempersiapkan segala sesuatunya, mengingat fenomena cuaca dan iklim bisa diprakirakan,” ungkapnya. (son)