Kusta Masih Mengintai di Indonesia: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Pengobatannya

INDOPOSO.ID – Sepanjang tahun 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, Banten mencatat setidaknya sebanyak 52 warga di wilayah tersebut menderita penyakit kusta.
Terbaru, Dinkes Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur menemukan sebanyak 17 orang warga di wilayahnya juga terserang penyakit yang juga disebut dengan leprosy itu.
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang menyerang kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan atas. Penyakit kusta berbeda dengan cacar air atau herpes yang disebabkan oleh virus. Meski bisa menular, kusta bukan penyakit yang mudah menyebar dan bisa disembuhkan bila ditangani secara tepat.
Kusta adalah infeksi bakteri yang bersifat kronis dan berkembang secara perlahan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya lesi kulit, mati rasa, dan kelemahan otot. Penularan kusta terjadi melalui droplet atau percikan cairan tubuh dari hidung atau mulut penderita saat batuk atau bersin dalam jangka waktu yang lama. Meski menular, kusta tidak menyebar melalui sentuhan biasa, bersalaman, duduk bersama, atau kontak seksual.
Di Indonesia, kusta masih menjadi masalah kesehatan serius. Berdasarkan data WHO tahun 2020, Indonesia menempati peringkat ketiga kasus kusta terbanyak di dunia dengan proporsi sekitar 8%.
Penyebab Kusta
Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini berkembang sangat lambat di dalam tubuh, dan penularannya membutuhkan kontak erat serta berulang dalam jangka waktu lama.
Selain dari penyebab utama di atas, kusta juga dapat menjangkit orang-orang dengan beberapa faktor, seperti sistem kekebalan tubuh terganggu, berkunjung atau menetap ke kawasan endemik kusta, dan bersentuhan dengan hewan yang dapat menyebarkan bakteri kusta, seperti armadillo.
Gejala Kusta
Gejala kusta berkembang secara bertahap dan bisa memakan waktu bertahun-tahun sebelum terlihat. Dikutip dari Siloam Hospitals, berikut beberapa tanda dan gejala umum penyakit kusta:
– Anhidrosis, yaitu kulit tidak mengeluarkan keringat
– Luka pada telapak kaki tidak terasa nyeri
– Kulit menjadi mati rasa, termasuk kehilangan kemampuan untuk merasakan sentuhan, tekanan, suhu, bahkan rasa nyeri
– Kulit terasa kering dan kaku
– Saraf membesar, umumnya pada lutut dan siku
– Alis dan bulu mata rontok permanen
– Mengalami mimisan
– Muncul bercak dengan warna lebih terang daripada kulit sekitarnya
– Terdapat benjolan atau bengkak pada telinga dan wajah
– Otot kaki dan tangan melemah
– Mata jarang mengedip dan menjadi kering.
Diagnosis Kusta
Dalam melakukan diagnosis pada pasien kusta, dokter akan menanyakan terlebih dahulu terkait gejala atau keluhan yang dialami pasien, kemudian dilanjutkan dengan memeriksa kulit. Dalam pemeriksaan ini, dokter melakukan pengamatan apakah muncul lesi pada kulit.
Selanjutnya, guna memastikan diagnosis secara tepat, dokter akan mengambil sampel kulit dengan cara skin smear (dikerok). Nantinya, sampel ini akan dianalisis di laboratorium untuk mengetahui keberadaan bakteri penyebab kusta.
Apabila kusta yang diderita sudah cukup parah, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan pendukung untuk mendeteksi apakah bakteri tersebut sudah menyebar ke organ lain atau belum. Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk kusta mencakup hitung darah lengkap, pemeriksaan fungsi hati atau liver, tes kreatinin, dan menjalani biopsi saraf.
Pengobatan Kusta
Metode utama yang dilakukan dalam pengobatan kusta adalah menggunakan obat antibiotik. Penderita kusta akan diberikan obat antibiotik yang dikonsumsi selama 1-2 tahun, adapun durasi, jenis, dan dosisnya sendiri akan disesuaikan dengan jenis kusta yang diderita.
Di Indonesia sendiri, pengobatan kusta yang paling umum diterapkan adalah metode Multidrug Therapy (MDT), yaitu prosedur pengobatan yang mengkombinasikan dua antibiotik atau lebih. Apabila dibutuhkan penanganan lanjutan, biasanya akan dilakukan operasi dengan tujuan unuk mengembalikan fungsi anggota tubuh, menormalkan kembali saraf yang rusak, dan memperbaiki bentuk tubuh yang mengalami kecacatan.
Penting untuk diketahui bahwa gejala penyakit kusta di atas tidak spesifik mewakili kondisi seperti di atas. Artinya, penyebab tersebut tidak menutup kemungkinan adanya penyakit kulit lain yang serupa. Maka itu, penting untuk mendapatkan diagnosis serta evaluasi yang tepat dan akurat dengan mengunjungi Dokter Spesialis Kulit terdekat guna memperoleh pengobatan yang sesuai. (her)