Gaya Hidup

Biopsi Robotik Deteksi Kanker Prostat dengan Akurasi Tinggi

INDOPOSCO.ID – Spesialis bedah urologi lulusan Universitas Indonesia dr.Hery Tiera,Sp.U, dalam konferensi pers, Jumat (17/12/2021), mengatakan bahwa biopsi prostat robotik memiliki keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan metode lain saat mendeteksi kanker prostat.

“Keakuratan robotic prostate biopsy memungkinkan dikerjakannya biopsi yang lebih terencana, pada lesi atau daerah yang dicurigai memiliki indikasi jaringan kanker. Oleh karena itu, nilai deteksinya lebih tinggi dibandingkan dengan metode lainnya, dan prognosisnya pun lebih baik,” kata Hery, seperti dikutip Antara, Jumat (17/12/2021).

Selain itu, Hery melanjutkan, tindakan tersebut bersifat minimal invasif sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi dan pendarahan pasca tindakan, serta sedikit risiko infeksi dengan proses pemulihan yang lebih singkat dan tanpa membutuhkan rawat inap.

Teknologi robotik MRI/US fusion prostate biopsy akan dipandu oleh gambar dari pencitraan MRI. Bagian gambar dari hasil MRI yang dicurigai memiliki indikasi jaringan kanker akan dikontemplasi ke dalam sebuah robot platform untuk dipindai secara digital dan menggabungkannya dengan gambar USG real time. Selanjutnya, titik-titik biopsi akan ditetapkan secara otomatis selama proses pengambilan sampel jaringan.

Baca Juga: Kesalahan Diet yang Sering Dilakukan saat Ingin Turunkan Berat Badan

Sementara itu, kata Hery, MRI/US fusion-guided targeted biopsi berhasil meningkatkan angka deteksi kanker prostat yang signifikan sebesar 30 persen dari biopsi standar dan menurunkan penaksiran kasus insignifikan atau low-risk sebesar 89,4 persen.

“Dibandingkan dengan USG, MRI lebih baik dalam membedakan jaringan prostat abnormal dari jaringan normal,” ucap dia.

Meski hanya dialami oleh pasien laki-laki, kanker prostat telah menjadi salah satu kanker dengan kasus terbanyak di dunia. Di Indonesia sendiri, pada 2018, sebanyak 7,1 persen dari total kasus kanker adalah kanker prostat, kata Hery mengutip data Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO).

Adapun gejala-gejala kanker prostat, kata Hery, di antaranya terlalu sering buang air kecil, pancaran berkemih lemah, disfungsi ereksi, hingga buang air kecil yang disertai darah.

“Angka kejadian memang paling banyak pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun. Sangat jarang ditemukan di bawah 50 tahun. Namun jika ada kondisi-kondisi tertentu, merasakan gejala tertentu, dan disertai adanya faktor resiko seperti riwayat keluarga, bisa(lakukan) deteksi di usia lebih muda,” kata Hery. (mg4)

Back to top button