Deteksi Lebih Sulit, Waspada Tuberkulosis pada Anak

INDOPOSCO.ID – Mendeteksi penyakit tuberkulosis (TBC atau TB) pada anak lebih sulit dari pada orang dewasa. Ini karena anak-anak jarang menunjukkan gejala TBC, misalnya batuk atau masalah lain pada saluran pernapasan.
“Untuk anak yang menderita TB jarang sekali yang mengalami batuk. Gejala yang sering terjadi seperti pada berat badan anak yang tak kunjung naik dan demam terus menerus,” kata Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Cynthia Centauri dalam siaran pers RSUI dikutip, Jumat (12/3/2021).
Ketika dokter sudah mendiagnosis anak terkena TB, maka pengobatan yang akan diberikan setidaknya berpegang pada empat prinsip antara lain minum obat TB (OAT) secara teratur sampai dengan tuntas atau sembuh serta rutin untuk berobat dan kontrol ke dokter.
Cynthia mengatakan, penetapan penghentian pengobatan ini harus diputuskan oleh dokter bukannya perkiraan keluarga pasien. ”Lalu, mencegah penularan lebih lanjut, memenuhi gizi yang adekuat sesuai kebutuhan pasien dan menjalani pola hidup bersih dan sehat; serta mencari dan tatalaksana penyakit penyerta,” ujarnya.
R.R. Diah Handayani, dokter spesialis paru dari RSUI menyoroti kenyataan Pandemi Covid-19 yang sedikit menggeser program TB. Ini karena fokus dari tenaga kesehatan dan masyarakat saat ini lebih kepada Covid-19.
“Upaya pencegahan TB seharusnya bisa lebih digalakan seperti pada kasus Covid-19. Upaya ini memerlukan kerja sama dan kolaborasi dari banyak pihak seperti kader, fasilitas layanan kesehatan, praktik sejawat, pemerintah, serta masyarakat,” jelasnya.
Diah mengingatkan, beberapa terapi pencegahan TB yang perlu kembali digalakkan meliputi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), skrining, active case finding, TPT (Terapi Pencegahan Tuberkulosis), pencegahan serta terapi HIV dan komorbid lain, akses ke layanan kesehatan dan dukungan sosial serta pengentasan kemiskinan. Usaha eliminasi TB ini dilakukan mulai dari pencegahan TB laten dan infeksi TB sebelum sakit.
Menurut Diah, upaya penanganan TB bisa dipelajari dari upaya penanganan Covid-19 seperti pelacakan kontak, identifikasi terapi, serta pencegahan dilakukan dengan agresif oleh banyak pihak. “Sehingga, upaya pencegahan TB juga harus radikal,” tandasnya.
Ketua Perhimpunan Perkumpulan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kota Depok dr Rulliana Agustin mengingatkan, para kader TB berperan memberikan pendampingan dan edukasi terbaik kepada masyarakat terhadap kewaspadaan TB dan pengobatannya.
Rulliana tak menampik, beberapa tantangan yang dihadapi para kader, seperti risiko tertular, cara memotivasi pasien, dan sebagainya. “Tentunya kerja sama dengan berbagai pihak perlu terus dijalin karena TB adalah masalah kita bersama yang cukup besar; salah satu yang diharapkan misalnya penyediaan APD yang terjamin (minimal masker, red) bagi para kader,” ujarnya dilansir Antara.
Rulliana berharap, semua pihak dapat bersemangat dan berkolaborasi menemukan dan mengatasi secara tuntas penyakit tuberkulosis sesuai dengan protokol kesehatan di era Pandemi Covid-19. Selain itu diharapkan pula layanan pengobatan dan laboratorium TB dapat dipertahankan berdampingan dengan layanan Covid-19. (aro)