Bayer Supply Center Cimanggis Jadi Pusat Produksi dan Riset Farmasi Asia Pasifik

INDOPOSCO.ID – Indonesia makin mengukuhkan diri di panggung farmasi global lewat kehadiran Bayer Supply Center Healthcare Cimanggis di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Fasilitas berteknologi tinggi ini bukan hanya menjadi pabrik strategis Consumer Health Bayer dengan kapasitas produksi raksasa, tetapi juga satu-satunya pusat riset dan pengembangan (R&D) Bayer Consumer Health di Asia Pasifik yang sepenuhnya dijalankan oleh peneliti lokal.
Dengan kapasitas produksi mencapai 2,5 miliar tablet per tahun, Bayer Cimanggis melayani pasar domestik sekaligus global. Sebanyak 74 persen hasil produksinya diekspor ke 32 negara, termasuk Australia, Inggris, Korea, hingga kawasan Eropa yang dikenal memiliki regulasi ketat. Fakta ini menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara eksportir produk farmasi besar di dunia.
“Bayer Supply Center Healthcare Cimanggis adalah bukti nyata kemampuan Indonesia bersaing di industri farmasi global. Kami menghadirkan inovasi berbasis sains, teknologi manufaktur kelas dunia, dan prinsip keberlanjutan yang memastikan produk kesehatan dari Indonesia dipercaya konsumen global,” ujar Head of Bayer Supply Center Healthcare Cimanggis, Priscilla Silvan Prarizta, dalam keterangannya, Jumat (22/8/2025).
Berdiri di atas lahan seluas 10 hectare (ha), fasilitas ini dilengkapi dengan sistem manufaktur canggih berstandar Eropa yang tersertifikasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), ISO, PIC/S, EU, TGA, Halal, dan HACCP.
Melalui inisiatif Factory of the Future (FoF), Bayer Cimanggis menargetkan tercapainya Industri 5.0 pada 2030, dengan digitalisasi penuh, otomasi berkelanjutan, serta sistem produksi yang ramah lingkungan.
Ambisi ini juga disertai target lingkungan konkret: mengurangi lebih dari 30 persen jejak karbon (Global Warming Potential/GWP) per tablet, tanpa menurunkan kualitas dan efisiensi produksi.
Keberadaan R&D Bayer Consumer Health di Cimanggis menjadikan Indonesia pusat inovasi farmasi yang berpengaruh di Asia Pasifik. Tim peneliti lokal bukan sekadar melakukan adaptasi formula global, melainkan juga menciptakan produk baru berbasis kebutuhan konsumen di kawasan.
Hasil kerja tim ini sudah nyata: 24 persen volume produksi Cimanggis pada 2025 berasal dari produk baru hasil pengembangan R&D lokal, yang kini telah dipasarkan di Australia, Asia Pasifik, dan Eropa.
“Dengan adanya R&D lokal, kami bisa mempercepat proses inovasi dari skala laboratorium ke produksi massal. Ini memperkuat posisi Indonesia sebagai motor riset farmasi untuk kawasan,” jelas Priscilla.
Bayer Cimanggis juga menegaskan peranannya dalam mendukung empat pilar prioritas SDGs nasional: pengembangan manusia, ekonomi berkelanjutan, ketahanan lingkungan, dan tata kelola yang baik.
Beberapa inisiatif utama yang dijalankan antara lain Energi Hijau dan Efisiensi Energi. Pemasangan panel surya berkapasitas 2.054 kW yang menyuplai 19 persen kebutuhan listrik pabrik, mengurangi 2.073 ton CO₂ per tahun, sekaligus menghemat biaya energi sekitar Rp423 juta per tahun.
Program Mechatronic Apprenticeship bersama AHK EKONID dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 56 Jakarta, mengadopsi sistem pendidikan ganda ala Jerman. Dari 30 peserta, 56 persen angkatan kedua adalah perempuan, mendorong partisipasi perempuan di sektor teknik.
Program CETING (Cegah Stunting) bersama Mercy Corps Indonesia di Kelurahan Cisalak. Program ini melatih 25 kader kesehatan, menjangkau 500 perempuan dan anak, serta membangun 3 stasiun air bersih yang melayani 150 rumah tangga.
Ditambah program Urban Farming bersama Universitas Indonesia dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Cisalak, yang menyediakan pangan bergizi untuk ibu hamil dalam upaya pencegahan stunting.
Dengan kombinasi kapasitas produksi skala besar, riset lokal yang inovatif, teknologi ramah lingkungan, serta kontribusi sosial berkelanjutan, Bayer Cimanggis menegaskan peran strategis Indonesia dalam industri farmasi dunia.
“Melalui pendekatan Empowering Local Action for National and Global Goals, kami membuktikan bahwa investasi farmasi bukan hanya soal bisnis, tapi juga kontribusi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Indonesia kini semakin siap menjadi pemain kunci di pasar kesehatan global,” kata Priscilla. (srv)