Ekonomi

Kuartal II-2025, KPI Akan Uji Coba Produksi Bioavtur Berbahan Minyak Jelantah

INDOPOSCO.ID – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) akan memulai uji coba produksi bioavtur berbahan baku minyak jelantah (used cooking oil) pada kuartal II-2025.

Uji coba ini dilakukan di Kilang Cilacap, Jawa Tengah dengan target produksi awal 9 ribu barel per hari. Langkah ini menjadi bagian dari upaya perusahaan dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan.

Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman mengatakan, produksi bioavtur ini bisa menjadi solusi bagi maskapai penerbangan yang harus memenuhi standar energi bersih.

“Kilang Cilacap bisa memproses used cooking oil 9 ribu barrel per hari,” ujar Taufik dalam diskusi bersama media di Jakarta, Senin (17/3/2025).

Produksi bioavtur ini menggunakan metode coprocessing dengan campuran minyak jelantah 3 persen dalam setiap produksi harian. Dengan skema ini, untuk 9 ribu barel avtur yang diproduksi, dibutuhkan sekitar 270 barel minyak jelantah.

“KPI telah menyiapkan kerja sama dengan berbagai kolektor minyak jelantah guna memastikan ketersediaan bahan baku,” jelas Taufik.

Selain itu, KPI juga menjalin sinergi dengan Pertamina Patra Niaga untuk memperoleh pasokan minyak jelantah. Pertamina menargetkan bioavtur ini dapat memenuhi kebutuhan penerbangan internasional yang sudah menerapkan kebijakan bahan bakar ramah lingkungan.

Beberapa negara, seperti Singapura dan Malaysia telah mewajibkan maskapai menggunakan 1 persen bahan bakar berkelanjutan dalam operasionalnya. Dengan produksi bioavtur ini, maskapai yang transit di Indonesia dapat mengisi ulang bahan bakar sesuai regulasi yang berlaku di negara tujuan.

Bioavtur berbahan minyak jelantah ini juga akan dilakukan pengujian sebelum digunakan. Pengujian tersebut meliputi uji statis dan uji terbang untuk memastikan kualitas dan performa bahan bakar.

Dalam tahap awal, Pelita Air akan menjadi maskapai pertama yang menggunakan bioavtur minyak jelantah ini. Sebelumnya, uji coba serupa telah dilakukan dengan campuran 2,4 persen menggunakan bahan baku refined bleached deodorized palm kernel oil (RBDPKO).

Kilang Cilacap menjadi lokasi pertama produksi bioavtur berbahan minyak jelantah dan apabila ekosistem bisnisnya telah berjalan secara sustain, maka Kilang Plaju dan Kilang Dumai juga bisa menjadi opsi kilang lainnya untuk memproduksikan avtur berbahan minyak jelantah.

Dalam proyek ini, tidak diperlukan banyak investasi baru dalam pengembangan kilang karena mengandalkan teknologi coprocessing yang sudah ada.

“Skema kemitraan strategis dengan kolektor minyak jelantah dan pelaku pasar sedang dijajaki untuk mendukung kelangsungan proyek ini,” ungkap Taufik.

Pengembangan bioavtur ini sejalan dengan target pemerintah dalam mendorong transisi energi hijau di sektor transportasi udara. (srv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button