INDOPOSCO.ID – Sejumlah petani di Lampung mulai memproduksi umbi porang menjadi chips kering untuk memenuhi kebutuhan ekspor akan komoditas potensial tersebut.
“Disaat ini penanaman umbi porang oleh petani memang semakin menggeliat karena prospek komoditas tersebut sebagai komoditas unggulan cukup bagus,” ucap salah seorang petani porang di Lampung, Joniyansah saat dihubungi Antara dari Bandarlampung, Rabu (15/9/2021).
Dia menjelaskan untuk umbi porang milik petani di Lampung sudah mulai diolah menjadi chips untuk menambah nilai jual produk serta memenuhi permintaan ekspor pabrik yang berada di Pulau Jawa.
“Kita tidak menjual bentuk umbi basah tetapi yang sudah berbentuk chips, karena harga jauh lebih mahal. Untuk pengiriman biasa ke pabrik yang ada di Jawa karena di Lampung belum ada pabrik pengolahan chips porang. Sekali kirim chips porang bisa mencapai 4 ton,” tuturnya.
Menurutnya, pengolahan umbi porang menjadi chips itu dilakukan dengan menjalin kemitraan bersama koperasi, sehingga penyerapan panen porang di Tanggamus dan sekitarnya bisa tercapai.
“Kalau untuk petani yang produksi chips dengan metode oven hanya ada 11 orang dan tersebar di beberapa kabupaten. Pada umumnya memang petani mengolah chips porang yang dikeringkan secara alami menggunakan sinar matahari,” ucapnya.
Ia memaparkan dalam proses produksi chips porang perbandingannya beragam tergantung masa panen, ada yang 5 ton umbi basah bisa jadi satu ton chips, ada juga yang 3-4 ton umbi basah jadi satu ton saja chips kering.
“Saat pengelolaan umbi porang milik petani menjadi chips kering oven ini hasilnya beragam tergantung kadar air serta jumlah panen. Namun yang pasti bisa membantu menyediakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar, disini saja yang bekerja dari pengolahan umbi basah, mencuci, merajang sampai oven bisa dikerjakan 14 warga,” tuturnya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Supriyanto salah seorang pengurus koperasi produksi berbasis porang di Bandarlampung.
“Untuk petani binaan koperasi yang mengelola umbi porang basah menjadi chips tersebar di Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, serta Pesawaran rata-rata menggunakan metode oven sehingga hasilnya lebih kering,” ucap Supriyanto.
Menurutnya, walaupun dalam skala rumahan produksi chips porang oven itu dapat memproduksi 1,5 ton sampai 2 ton sekali produksi dengan melibatkan ibu rumah tangga di sekitar tempat produksi.
“Pengolahan ini mampu menyerap tenaga kerja juga, serta untuk harga chips porang hasil penjemuran alami matahari di pasaran saat ini dijual dengan harga Rp45 ribu per kg, sedangkan chips porang oven dijual dengan harga Rp60 ribu per kg,” ucapnya.
Ia melanjutkan hasil produksi chips porang tersebut biasanya akan di kirimkan ke Pulau Jawa untuk pemenuhan permintaan pabrik yang siap melakukan ekspor ke China, Jepang serta Eropa.
“Belum ada yang langsung ekspor dari Lampung, harapannya bisa langsung ekspor melalui Pelabuhan Panjang karena biaya akomodasi ke Jawa cukup mahal, belum lagi petani binaan kita harus mengalokasikan pembiayaan untuk membeli bibit,” tuturnya lagi.
Ia mengharapkan dengan adanya pengelolaan umbi porang menjadi chips di Lampung yang mulai bergeliat, pemerintah dapat memfasilitasi ekspor porang chips di Lampung untuk diekspor secara langsung ke negara tujuan. (mg2)