INDOPOSCO.ID – Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sukamta menilai langkah perdamaian dengan menerapkan kelompok pejuang Palestina, Hamas, untuk melucuti senjatanya tidak adil selama Israel masih terus melakukan serangan ke wilayah Gaza. Ia menegaskan, gencatan senjata yang disepakati kedua belah pihak telah berulang kali dilanggar oleh Israel.
“Gencatan senjata tercederai oleh ulah Israel yang masih menembaki warga Gaza yang dituduh melanggar perjanjian. Tentara Israel masih begitu ringan tangan menembaki warga Gaza. Nyawa warga Gaza seolah tidak ada harganya di mata Israel, bahkan di masa transisi perdamaian,” ujar Sukamta dalam keteranannya kepada INDOPOSCO.ID, Selasa (21/10/2025)
Menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut, situasi yang tidak seimbang ini membuat upaya perdamaian sulit tercapai. Ia menilai desakan agar Hamas melucuti senjata tanpa adanya jaminan keamanan bagi warga Palestina merupakan tindakan yang tidak rasional.
Israel, ucapnya, telah melanggar gencatan senjata lebih dari 48 kali dalam beberapa hari terakhir, yang menyebabkan 38 warga Palestina gugur sebelum gelombang serangan terbaru ini. Israel juga memblokade bantuan kemanusiaan.
“Tidak fair jika Hamas diwajibkan menyerahkan senjatanya sementara Israel tetap bebas menembaki Gaza. Tanpa jaminan keamanan yang kuat, proses perdamaian akan sulit, bahkan mustahil terwujud,” kata Sukamta.
Ia menambahkan, kemerdekaan penuh bagi Palestina merupakan syarat mutlak untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan. Dengan status sebagai negara berdaulat, Palestina dapat membentuk angkatan bersenjata nasional yang bertugas menjaga kedaulatannya.
“Jika Palestina merdeka dan memiliki militer nasional, maka Hamas tentu akan menyerahkan senjatanya. Karena fungsi pertahanan sudah diambil alih oleh negara yang sah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sukamta menyinggung prinsip klasik si vis pacem, para bellum “jika ingin damai, bersiaplah untuk perang” sebagai bentuk refleksi atas pentingnya kekuatan pertahanan dalam menjaga kedaulatan. “Tanpa kekuatan militer yang memadai, suatu bangsa akan selalu lemah dan mudah ditindas,” ujarnya.
Sukamta juga menyoroti proses pertukaran sandera antara Israel dan Hamas yang belakangan dilakukan. Ia menyebut laporan dari Gaza menunjukkan dugaan penyiksaan terhadap sandera Palestina yang tewas sebelum dikembalikan.
“Bekas-bekas penyiksaan terlihat jelas di tubuh para sandera. Ada dugaan serangan terbaru Israel ke Gaza dilakukan untuk menutupi kejahatan tersebut,” ungkapnya.
Dalam konteks diplomasi internasional, Sukamta mendorong pemerintah Indonesia untuk berperan aktif menekan Amerika Serikat agar bersikap lebih tegas terhadap Israel. Ia menilai pernyataan Presiden AS Donald Trump yang sebelumnya menyebut “perang telah berakhir” harus dibuktikan dengan langkah konkret.
“Presiden Prabowo perlu mendesak Presiden Trump agar menekan Israel mematuhi kesepakatan gencatan senjata. Jangan hanya berhenti pada pernyataan politik, tapi harus ada tindakan nyata untuk menghentikan kekerasan dan mengakui kemerdekaan penuh Palestina,” pungkasnya. (dil)


