INDOPOSCO.ID – Harapan besar yang dibangun sejak awal akhirnya runtuh di lapangan hijau Thailand. Timnas sepak bola Indonesia harus menerima kenyataan pahit setelah gagal melangkah ke semifinal SEA Games 2025, sebuah hasil yang jauh dari ekspektasi banyak pihak.
Perjalanan Garuda Muda di fase grup berjalan tersendat. Kekalahan 1-0 dari Filipina pada laga pembuka langsung menempatkan Indonesia dalam posisi sulit. Kemenangan 3-1 atas Myanmar di pertandingan berikutnya memang sempat membuka asa, namun hasil tersebut tak cukup untuk mengamankan tiket ke babak semifinal. Dengan satu kemenangan dan satu kekalahan, nasib Indonesia justru bergantung pada hasil pertandingan tim lain, dan itu menjadi titik akhir perjuangan.
Kegagalan ini sontak mengingatkan publik pada perbedaan pandangan yang sempat mencuat sebelum turnamen dimulai. Wakil Ketua Umum PSSI, Zainuddin Amali, kala itu menunjukkan ketidakpuasan terhadap sikap Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang tidak menargetkan medali emas bagi cabang sepak bola di SEA Games 2025. Sikap tersebut berbanding terbalik dengan optimisme PSSI yang merasa timnas layak dibebani target tertinggi.
Kini, hasil di lapangan seolah memberi jawaban atas perdebatan tersebut. Founder Football Institute, Budi Setiawan, menilai kegagalan ini menjadi pembenaran atas sikap realistis pemerintah.
“Hari ini akhirnya terjawab mengapa pemerintah dalam hal ini Kemenpora tidak menargetkan emas bagi timnas sepakbola di SEA Games 2025 Thailand. Dengan satu kali kalah dan satu kali menang, nasib kita ditentukan oleh tim lain untuk lolos semifinal,” ungkap Budi di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Dengan nada satir, Budi juga menyelipkan candaan yang menyentil pernyataan Zainuddin Amali di masa lalu. “Saya hanya ingin menyapa Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali, piye kabare pak ZA (Zainuddin Amali) target emas di SEA Games Thailand?” canda Budi.
Lebih jauh, Budi menilai perbedaan pandangan yang disampaikan secara terbuka antara federasi dan pemerintah bukanlah hal sepele. Menurutnya, komunikasi publik dari pejabat sepak bola nasional seharusnya lebih terukur, terlebih ketika menyangkut target besar yang berpotensi membentuk ekspektasi publik.
“Hasil timnas sepak bola di SEA Games 2025 kita harap agar pengurus PSSI dapat lebih wise (bijaksana) menyampaikan pendapat, apalagi pendapat yang berbeda dengan pemerintah,” tambahnya. (her)









