INDOPOSCO.ID – Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) berkomitmen meningkatkan sumber daya manusia (SDM) khususnya calon pekerja migran Indonesia, sehingga menjadi pekerja migran terampil dan sesuai dengan kebutuhan industri.
Hal tersebut seraya merespons fenomena masyarakat putus asa mencari kerja, yang mengacu laporan Labor Market Brief dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI).
Sebanyak 1,87 juta orang yang tidak bekerja dan tidak mencari kerja karena putus asa pada Februari 2025. Berdasarkan data Sakernas 2024–2025 jumlah itu naik 11 persen dari Februari 2024 yang berada di angka 1,68 juta orang.
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin menyoroti kesenjangan antara kebutuhan kerja dengan kesiapan kompetensinya. Oleh karena itu, ia mendorong program pelatihan bagi calon pekerja migran diperkuat secara masif.
“Gapnya harus kita perbaiki. Baik di dunia kerjanya maupun persiapan sumber daya manusianya,” kata Muktarudin di Kantor Kementerian P2MI, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (15/12/2025).
Pemerintah berjanji melakukan perbaikan dengan cara bersinergi antar kementerian. Tujuannya adalah memastikan lembaga pendidikan, baik perguruan tinggi maupun sekolah menyelaraskan kurikulum dengan kompetensi yang dicari di lapangan kerja.
“Pemerintah wajib memperbaiki itu. Makanya kita akan bersinergi dengan kementerian terkait,” ujar Mukhtarudin.
“Bagaimana menyiapkan perguruan tinggi sekolah agar tidak ada gap antara kebutuhan lapangan pekerjaan, kompetensi yang dibutuhkan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh lembaga,” tambahnya.
Di sisi lain, KemenP2MI secara aktif mendorong penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi. Upaya itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan daya saing calon PMI di pasar kerja global.
“Makanya harus kita lakukan vokasi lagi. Ada pelatihan lagi, misalnya bahasa, kemudian kompetensinya. Makanya Bapak Presiden menekankan 5 bahasa ini harus wajib dikuasai. Inggris, Mandarin, Korea, Jepang, dan Arab,” imbuh politikus Golkar itu.(dan)









