INDOPOSCO.ID – Sumatera Selatan (Sumsel) menyimpan potensi batu bara yang sangat besar, namun selama bertahun-tahun belum termanfaatkan secara optimal.
Di balik ketimpangan antara besarnya sumber daya dan kecilnya volume angkutan keluar daerah, persoalan logistik menjadi faktor kunci. Di sinilah PT Titan Infra Sejahtera hadir mengambil peran strategis sebagai penyedia solusi infrastruktur terintegrasi.
Director External Relation and Compliance PT Titan Infra Sejahtera, Eddy Rizal Umar, mengungkapkan bahwa persepsi publik selama ini terlalu terfokus pada Kalimantan sebagai pusat batu bara nasional.
“Batu bara di Sumatera Selatan itu resources-nya banyak, bukan cuma Kalimantan saja,” ujar Eddy ditemui INDOPOSCO, Selasa (9/12/2025).
Ia menjelaskan, total sumber daya (resources) batu bara di Sumsel mencapai sekitar 9,3 miliar ton, atau setara 28 persen dari total resources nasional.
“Artinya hampir sepertiganya nasional itu ada di Sumatera Selatan. Itu banyak,” katanya.
Namun, yang menjadi ironi yaitu besarnya sumber daya tersebut tidak sebanding dengan volume batu bara yang keluar dari Sumsel setiap tahun.
“Output yang keluar, baik ekspor maupun domestik, itu cuma sekitar 100 juta ton per tahun. Itu kira-kira hanya sepertujuh dari yang keluar dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur,” ucap Eddy.
Menurut Eddy, persoalan utama batu bara Sumsel terletak pada letak geografis lumbung produksinya.
“Lumbung batu baranya itu ada di Kabupaten Lahat dan Muara Enim. Lokasinya di tengah pulau, jauh dari laut lepas,” jelasnya.
Wilayah tersebut sejak lama dikenal sebagai basis produksi PT Bukit Asam Tbk (PTBA), holding BUMN pertambangan. Selama puluhan tahun, distribusi batu bara dari kawasan ini sangat bergantung pada jalur kereta api.
“Sejak lama hingga 2024 lalu, angkutan batu bara PTBA itu 100 persen lewat kereta api, dari Sumatera Selatan turun ke Lampung. Ada juga ke Palembang, tapi pelabuhannya kecil,” ungkap Eddy.
Keterbatasan jalur ini membuat kapasitas angkutan menjadi tidak fleksibel, sementara kebutuhan pasar terus meningkat.
Melihat bottleneck logistik tersebut, Titan Infra Sejahtera melakukan investasi besar di sektor infrastruktur khusus batu bara. Peran ini dijalankan melalui pengembangan jalan khusus batu bara dan pelabuhan terintegrasi.
“Titan melakukan investasi berupa jalan khusus batu bara dari Muara Enim–Lahat, melewati dua kabupaten, sampai ke tepi Sungai Musi di Kabupaten PALI (Penukal Abab Lematang Ilir),” kata Eddy.
Jalan khusus ini dikelola melalui anak usaha PT Servo Lintas Raya, sementara di ujung jalur daratnya berdiri pelabuhan batu bara terbesar di Sumsel yang dikelola oleh PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (SDJ).
“Di tepi Sungai Musi itu kita punya pelabuhan khusus batu bara. Jadi ini terintegrasi, dari jalan sampai ke pelabuhan,” jelas Eddy.
Dengan skema tersebut, batu bara dari lumbung produksi diangkut menggunakan truk melalui jalan khusus menuju pelabuhan, kemudian dilanjutkan dengan tongkang melalui Sungai Musi menuju laut lepas.
Eddy menyebut, infrastruktur yang dikembangkan Titan memiliki kapasitas angkut yang sangat signifikan.
“Kapasitas kita bisa angkut sampai 50 juta metrik ton per tahun. Itu hampir setengah dari output Sumatera Selatan,” tegasnya.
Meski saat ini utilisasi belum mencapai kapasitas maksimal, Titan terus melakukan peningkatan.
“Jalannya di-upgrade, pelabuhannya di-upgrade terus,” kata Eddy.
Operasional pelabuhan juga dikelola secara profesional, mengingat kompleksitas penanganan batu bara dari berbagai perusahaan dengan spesifikasi berbeda.
“Di pelabuhan itu ada stockpile. Bukan satu atau dua perusahaan, tapi banyak. Produknya juga beda-beda, ada kalori rendah, ada kalori tinggi. Jadi memang ada manajemen stockpile,” jelasnya.
Skala operasional Titan tercermin dari jumlah armada yang melintas setiap hari di jalan khusus tersebut.
“Kalau dihitung, ada sekitar 2.500 truk yang beroperasi sehari-hari,” ungkap Eddy.
Namun demikian, tidak seluruh armada dimiliki oleh Titan. Sistem yang dibangun bersifat terbuka dan kolaboratif.
“Sebagian armada punya kita, sebagian lagi milik transportir. Kalau ada perusahaan punya truk sendiri, silakan pakai. Kalau kurang, bisa minta ke kita,” katanya.
Titan berperan sebagai pengatur lalu lintas logistik, memastikan rute, jadwal, dan kapasitas berjalan efisien demi melayani seluruh pengguna. “Intinya bagaimana supaya servis bisa dirasakan semua pengguna,” tegas Eddy.
Dengan infrastruktur terintegrasi yang dibangun, Titan Infra Sejahtera tidak hanya membuka jalur distribusi baru, tetapi juga mendorong optimalisasi potensi batu bara Sumatera Selatan yang selama ini tertahan oleh persoalan logistik.
Di tengah besarnya cadangan dan meningkatnya kebutuhan energi, kehadiran Titan menjadi penghubung krusial antara lumbung produksi di pedalaman dan pasar global di laut lepas. Dari jalan khusus hingga dermaga di Sungai Musi, Titan membuktikan bahwa solusi infrastruktur adalah kunci untuk mengalirkan potensi besar Sumatera Selatan menjadi kekuatan nyata bagi industri nasional. (her)









