• Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Politik

Isu Eks Menpora-Davina Karamoy Dinilai Berpotensi Jadi Pembunuhan Karakter

Nelly Marinda Situmorang Editor Nelly Marinda Situmorang
Minggu, 14 Desember 2025 - 17:47
in Politik
WhatsApp Image 2025-12-14 at 17.18.22

Ilustrasi riuh gosip di ruang digital kerap mengalihkan perhatian publik dari persoalan kemanusiaan yang lebih mendesak/istimewa

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Di tengah linimasa yang gaduh, ketika perhatian publik mudah terseret oleh sensasi, suara berbeda datang dari Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi. Ia menilai isu yang menyeret nama mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo dengan artis Davina Karamoy bukan hanya rapuh secara fakta, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan ruang publik, terutama saat bangsa ini tengah diuji bencana alam di Sumatera.

Menurut Habib Syakur, pusaran isu tersebut berdiri di atas spekulasi, bukan verifikasi. Ia menekankan, bahkan pihak yang disebut dalam isu telah merespons secara terbuka dengan kebingungan, sebuah penegasan bahwa tuduhan yang beredar tidak memiliki pijakan jelas.

BacaJuga:

Penetapan UMP 2026 Harus Jaga Keseimbangan Kepastian Usaha dan Kesejahteraan Pekerja

Ada Fenomena Penurunan Jumlah Mahasiswa Baru Nasional, Begini Respons DPR RI

Golkar Berikan Bimbingan Mitigasi Bencana Kepada Legislator Daerah

“Apa yang perlu diklarifikasi? Aku pun bingung,” ujar Habib Syakur kepada awak media, pada Minggu (14/12/2025), yang mengutip pernyataan Davina belum lama ini.

Bagi Habib Syakur, kalimat singkat itu justru menjadi kunci bahwa tidak ada konfirmasi, tidak ada bukti, dan tidak ada pernyataan resmi yang menguatkan narasi liar. Yang ada, kata dia, hanyalah pola lama yang berulang, ketika empati publik seharusnya tertuju pada korban banjir, longsor, dan dampak kemanusiaan lain di Sumatera, perhatian justru dialihkan ke gosip personal.

“Ini pola lama. Ketika publik seharusnya fokus pada penderitaan rakyat akibat bencana di Sumatera, justru dimunculkan isu sensasional, gosip artis, dan tuduhan personal untuk mengaburkan empati publik,” kata Habib Syakur.

Ia mengingatkan, membesarkan isu tanpa dasar bukan sekadar tindakan tidak etis, melainkan berpotensi menjadi pembunuhan karakter. Ruang publik, lanjutnya, akan rusak jika rumor pribadi dicampuradukkan dengan nama pejabat negara tanpa verifikasi yang ketat.

“Publik harus cerdas. Jangan sampai energi bangsa habis untuk isu murahan, sementara saudara-saudara kita sedang berjuang menghadapi banjir, longsor, dan dampak kemanusiaan lainnya,” tegasnya.

Habib Syakur lalu menarik benang merah nilai moral dan spiritual. Dalam ajaran Islam, penyebaran informasi tanpa tabayyun adalah larangan tegas.

Tak berhenti di situ, Habib Syakur mengutip peringatan Nabi Muhammad tentang bahaya menyampaikan setiap kabar tanpa klarifikasi. Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan, “Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika ia menceritakan setiap apa yang ia dengar.”

Menurutnya, nilai kehati-hatian, tanggung jawab moral, dan etika berbicara harus kembali menjadi kompas di era digital. “Jangan karena ingin viral, lalu akal sehat dan nurani ditinggalkan. Hoaks bukan sekadar kesalahan informasi, tapi bisa menjadi kezaliman terhadap orang lain,” tambahnya.

Ia pun mengajak media, influencer, dan masyarakat luas untuk menahan diri—tidak ikut memperbesar isu yang tak memiliki kepentingan publik. Fokus bangsa, tegasnya, semestinya diarahkan pada agenda kemanusiaan: solidaritas sosial, bantuan nyata, dan keberpihakan pada korban bencana.

Pada akhirnya, seruan itu sederhana namun mendalam, dimana bangsa yang besar bukan yang paling ramai oleh gosip, melainkan yang paling sigap merawat empati. Di tengah badai sensasi, nurani publiklah yang seharusnya memimpin arah. (her)

Tags: Davina KaramoymenporaPembunuhan Karakter
Berita Sebelumnya

Pola Pembelajaran di Wilayah Terdampak, Mendikdasmen: Harus Penuhi Hak dan Keselamatan Siswa

Berita Berikutnya

Produktivitas Tenaga Kerja di Bawah Rata-rata ASEAN, Menaker Buka-bukaan Soal Ini

Berita Terkait.

mata-uang
Politik

Penetapan UMP 2026 Harus Jaga Keseimbangan Kepastian Usaha dan Kesejahteraan Pekerja

Rabu, 17 Desember 2025 - 15:15
riset
Politik

Ada Fenomena Penurunan Jumlah Mahasiswa Baru Nasional, Begini Respons DPR RI

Minggu, 14 Desember 2025 - 15:25
bahlil
Politik

Golkar Berikan Bimbingan Mitigasi Bencana Kepada Legislator Daerah

Kamis, 11 Desember 2025 - 05:17
golkar
Politik

Fraksi Golkar MPR Dorong Obligasi Daerah Perkuat Kemandirian Fiskal

Kamis, 11 Desember 2025 - 01:13
kpk
Politik

Terjerat Suap Proyek, Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya Ditangkap KPK

Rabu, 10 Desember 2025 - 20:53
pangan
Politik

DPRD Ingatkan DKI Jaga Stok Pangan Jelang Natal dan Tahun Baru

Jumat, 5 Desember 2025 - 05:50
Berita Berikutnya
WhatsApp Image 2025-12-14 at 17.19.52

Produktivitas Tenaga Kerja di Bawah Rata-rata ASEAN, Menaker Buka-bukaan Soal Ini

  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.