INDOPOSCO.ID – Bagi sebagian pemuda di Kabupaten Rokan Hilir hingga Kampar, bekerja di industri hulu migas kerap terasa seperti mimpi yang sulit digapai. Minimnya sertifikasi dan pengalaman menjadi tembok penghalang yang tak mudah ditembus. Namun, tembok itu kini mulai runtuh.
Sebanyak 24 pemuda terpilih dari tujuh kabupaten/kota di Provinsi Riau resmi diberangkatkan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona Rokan untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi Floorman di Integrated Drilling Training Center (IDTC) PDSI Cirebon. Pelepasan peserta dilakukan di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, pada Minggu (30/11/2025).
Keberangkatan ini bukan sekadar perjalanan pelatihan, melainkan momentum penting yang menegaskan komitmen PHR dalam membangun kemandirian dan daya saing SDM lokal, khususnya di wilayah operasi perusahaan.
Di balik senyum dan optimisme para peserta, terdapat proses seleksi yang ketat dan transparan. Ratusan pelamar dari desa-desa prioritas di sekitar wilayah operasi PHR harus melewati tahapan verifikasi administrasi, tes tertulis pengetahuan dasar teknis, wawancara untuk mengukur mentalitas kerja, hingga pemeriksaan kesehatan menyeluruh.
Para peserta terpilih selanjutnya akan menjalani pelatihan intensif selama tiga bulan di IDTC Cirebon, sebagai bagian dari Program Penguatan Ekosistem Vokasi dan Sertifikasi Tenaga Kerja Hulu Migas di Riau Tahun 2025.
PHR menyadari masih adanya kesenjangan antara tenaga kerja lokal dan non-lokal di industri migas. Melalui program vokasi ini, perusahaan berupaya mendorong masyarakat setempat agar memiliki kompetensi dan sertifikasi yang diakui secara nasional.
“Program ini merupakan jawaban nyata atas kebutuhan industri hulu migas terhadap SDM lokal yang kompeten dan bersertifikasi. Kami tidak hanya mencetak pekerja terampil, tetapi juga mendorong kemandirian agar putra-putri daerah mampu bersaing di industri migas dan sektor pendukungnya,” ujar Manager CID PHR, Iwan Ridwan Faizal.
Program ini juga sejalan dengan Peraturan Gubernur Riau Nomor 6 Tahun 2022, yang mendorong kemitraan antara dunia vokasi dan industri untuk menciptakan lulusan siap kerja.
Selama pelatihan, peserta dibekali keterampilan penting sebagai Juru Ikat Beban dan Operator Lantai Bor, mencakup teori, praktik lapangan, simulasi operasi pengeboran, serta pemahaman mendalam mengenai prosedur keselamatan kerja rig—standar yang wajib dipenuhi dalam industri migas global.
Usai pelatihan, para peserta akan mengikuti uji kompetensi resmi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) PPSDM Migas Cepu. Sertifikat ini menjadi “paspor profesional” yang membuka peluang kerja di berbagai kontraktor di lingkungan PHR Zona Rokan maupun perusahaan migas lainnya.
“PHR percaya investasi pada SDM lokal adalah investasi jangka panjang bagi ketahanan energi nasional. Selain mendukung mandat produksi migas, program ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pendidikan berkualitas dan penciptaan pekerjaan layak,” tambah Iwan.
Antusiasme peserta terlihat dari kisah Wahyu Kurniawan, pemuda asal Kabupaten Bengkalis dari Suku Sakai. Ia mengaku bersyukur atas kesempatan langka yang diperolehnya.
“Ini bukan hanya untuk diri saya sendiri, tetapi juga membawa harapan bagi masyarakat Suku Sakai. Rasanya seperti pintu masa depan terbuka. Saya bangga bisa mewakili suku saya untuk melangkah lebih jauh,” ungkap Wahyu.
Hal senada disampaikan Aldi Putra dan Muhammad Nur Ramadhan dari Kota Pekanbaru. Mereka berkomitmen menjadikan pelatihan ini sebagai pijakan awal untuk berkembang di dunia kerja dan memberikan kontribusi nyata bagi keluarga serta daerah asal.
Suasana pelepasan terasa makin hangat dengan kehadiran perwakilan orang tua peserta. Keberangkatan 24 pemuda ini bukan sekadar berita pelatihan, melainkan simbol harapan baru bahwa pemuda Riau kini semakin siap berkompeten dan berkontribusi dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Sebelumnya, PHR juga telah melepas 36 putra-putri Riau untuk sertifikasi serupa pada Agustus 2025, dengan keahlian Roustabout/Helper serta Mekanik Helper/Motoris, yang saat ini tengah menjalani program magang di dunia kerja.
Melalui konsistensi program vokasi ini, PHR menegaskan keberlanjutan operasi migas tidak hanya bertumpu pada aspek teknis dan keselamatan, tetapi juga pada penguatan kapasitas dan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasi.(srv)









