INDOPOSCO.ID – FiberStar kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung percepatan pemulihan komunikasi di wilayah terdampak banjir bandang di Sumatera. Melalui pengiriman perangkat Starlink ke sejumlah posko, perusahaan berupaya memastikan akses internet tetap tersedia bagi relawan, aparat, hingga warga yang membutuhkan informasi maupun layanan darurat.
Customer Service Assurance Division Head FiberStar, Wisnu Wardhana, mengatakan bahwa penyediaan perangkat tersebut menjadi bagian dari upaya tanggap darurat perusahaan, terutama saat infrastruktur komunikasi terestrial terganggu.
“Distribusi perangkat ini menjadi prioritas kami agar posko-posko bantuan tetap memiliki konektivitas. Tantangan terbesarnya justru pada akses menuju lokasi karena banyak jalur terputus,” ujarnya.
Wisnu menuturkan bahwa proses distribusi ke beberapa wilayah seperti Langsa dan Aceh Tamiang sempat terhambat karena jalur utama terendam dan tak bisa dilewati. Menurutnya, upaya pengiriman bahkan sempat dicoba melalui jalur udara bekerja sama dengan pihak TNI, hingga mencari alternatif rute lewat Lhokseumawe karena jalur Medan–Langsa tidak dapat dilalui.
Selain akses yang sulit, ketersediaan energi juga menjadi kendala di lapangan. Ia menjelaskan bahwa timnya mengalami antrean panjang di SPBU dan pembatasan pembelian BBM, sementara perangkat Starlink memerlukan pasokan daya stabil untuk beroperasi optimal.
Dalam kesempatan tersebut, Wisnu juga menegaskan bahwa lima titik posko yang telah dipasangi perangkat Starlink melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) digratiskan selama sebulan penuh.
“Untuk bantuan via CSR, tidak ada biaya apa pun. Itu sudah kami jalankan,” tegasnya. Sementara bantuan tambahan dari Starlink untuk perangkat kategori enterprise masih menunggu keputusan dari pihak prinsipal di Amerika Serikat.
Wisnu juga menjawab pertanyaan mengenai persebaran akses internet di Kalimantan yang dinilai masih terbatas. Ia menjelaskan bahwa kondisi geografis Kalimantan membuat pembangunan infrastruktur menjadi tantangan besar. Sekitar 70–80 persen wilayah masih berupa hutan dan sebagian lainnya merupakan rawa. Curah hujan tinggi juga menyebabkan sinyal satelit kerap terganggu.
Meski demikian, FiberStar telah berhasil menghadirkan jaringan fiber optik di sejumlah wilayah seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Balikpapan, serta beberapa titik lain di Kalimantan Timur. Tingginya kebutuhan internet terlihat dari peningkatan kapasitas di Banjarmasin dari 10 Gbps menjadi 40 Gbps.
Pembangunan jaringan akan terus diperluas ke Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan wilayah-wilayah lain yang masih membutuhkan, meski harus dilakukan secara bertahap mengingat perlunya pembangunan jalur transmisi terlebih dahulu. Wisnu menegaskan bahwa ekspansi tersebut tetap disesuaikan dengan arahan Kominfo agar selaras dengan komitmen penyelenggaraan layanan.
Menanggapi pertanyaan media mengenai wilayah Bogor, Sukabumi, dan Cianjur yang juga masih memiliki titik blank spot, Wisnu mengatakan bahwa pembangunan fiber optik memerlukan pertimbangan jumlah populasi untuk menghindari pemborosan investasi. Karena itu, perusahaan mengombinasikan berbagai teknologi, termasuk satelit, agar dapat menjangkau lebih banyak area.
FiberStar menargetkan pembangunan 5.000 titik hingga akhir 2025, meski angka tersebut dapat bertambah seiring meningkatnya permintaan dan hasil kajian di lapangan.
Dalam pemaparannya, Wisnu juga mengungkapkan bahwa jaringan fiber optik nasional milik FiberStar kini telah mencapai 70.000 kilometer yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, memperkuat backbone perusahaan untuk mendukung wilayah terpencil serta kolaborasi teknologi berbasis satelit. (eva)









