INDOPOSCO.ID – Diplomasi pertahanan Indonesia-Kanada usai kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto ke Ottawa pada September 2025 ditindaklanjuti oleh Duta Besar RI untuk Kanada, Muhsin Syihab. Kedutaab Besar (Kedubes) RI di Kanada melakukan kunjungan kerja ke Peace Support Training Centre (PSTC), pusat pelatihan operasi perdamaian terkemuka Kanada bermarkas di Canadian Forces Base (CFB) Kingston.
Hal ini merupakan langkah konkret implementasi dua memorandum saling pengertian (MSP) di bidang militer yang ditandatangani pada Agustus 2025 dan di bidang pertahanan yang ditandatangani pada September 2025.
“Komitmen politik yang sudah terbentuk, kami dorong menjadi program kolaborasi yang terukur. Targetnya adalah meningkatkan kapasitas dan standar operasi pasukan perdamaian PBB dari kedua negara, dengan perhatian khusus pada peningkatan peran peacekeepers, termasuk peacekeepers perempuan,” kata Dubes Muhsin saat bertemu Komandan PSTC, Letkol P. Carl Chevalier (1/12/2025).
Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat memperluas skema pertukaran pengalaman dan pelatihan militer. Indonesia, sebagai salah satu kontributor utama pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), akan berbagi pengalaman mengenai operasional lapangan yang luas.
Sementara Kanada, dengan keahlian teknis dan metodologi pelatihan peacekeeping tradisional yang berkualitas, akan membantu menyempurnakan penyiapan pasukan sesuai standar PBB untuk penugasan militer dengan kompleksitas tinggi.
Tidak hanya itu, pertemuan ini juga menjajaki potensi dibentuknya kerja sama triangular antara Indonesia, Kanada, dan PBB untuk standardisasi kurikulum pelatihan penyiapan pasukan perdamaian. Inisiatif ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas Indonesia, khususnya Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian-PMPP TNI, untuk menjadi pusat pelatihan misi perdamaian di Kawasan.
Kolaborasi ini memadukan kekuatan unik masing-masing negara. Indonesia merupakan salah satu penyumbang terbesar personel peacekeeping PBB, dengan catatan lebih dari 2.700 personel yang saat ini bertugas di tujuh misi (peringkat 5 dunia). Sebaliknya, Kanada, sebagai salah satu negara pendiri UN Peacekeeping, kini lebih berfokus pada penyediaan dukungan keuangan, logistik, dan pelatihan berkualitas tinggi setelah penurunan kontribusi personel langsung sejak tahun 2015.
“Ini adalah kemitraan yang sempurna. Indonesia membawa pengalaman operasional yang taktis dan terkini serta komitmen kuat pada agenda Women, Peace and Security.
Sementara, Kanada menyediakan sistem pelatihan teruji dengan jaringan ahli global. Bersama, kita akan mencetak pasukan perdamaian yang lebih efektif,” ujar Letkol Chevalier.
Lebih dari 700 personel TNI telah menempuh pelatihan di PSTC dan Canadian Defence Academy, membuktikan kokohnya kerja sama selama ini. Ditambah, saat ini terdapat dua personel TNI yang sedang menjalani pelatihan khusus di kompleks militer Fort Frontenac, Kingston.
Dubes Muhsin menekankan bahwa Indonesia juga menaruh perhatian pada pemberdayaan pasukan perdamaian perempuan. “Komitmen ini selaras dengan resolusi 2538 DK PBB tentang issues of peacekeeping and women, peace and security, yang diinisiasi Indonesia pada saat presidensi Indonesia di DK PBB tahun 2020. Pelatihan standar tinggi sangat krusial untuk memastikan peacekeeper perempuan kita dapat menciptakan operasi perdamaian yang lebih efektif, humanis dan responsif,” tegasnya.
Untuk mempererat kemitraan, Komandan PSTC telah menyatakan rencananya untuk lakukan kunjungan balasan ke Indonesia pada semester pertama 2026. Rencana ini diharapkan dapat menjajaki peluang program pelatihan bersama dan pertukaran instruktur dalam memperkuat posisi kedua negara sebagai mitra kunci bagi PBB dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia. (srv)









