INDOPOSCO.ID – Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan, Yunita Arihandayani mengungkapkan, masalah kesehatan jiwa, khususnya depresi lebih banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki.
“Masalah kesehatan jiwa dalam satu bulan terakhir, perempuan itu 2,6 persen untuk rata-rata nasional, laki-laki 1,5 persen,” kata dia dalam seminar daring bertema “Merawat Kesehatan Mental Ibu sebagai Pilar Ketahanan Keluarga” di Jakarta, Jumat (21/11/2025).
Yunita merujuk Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mengatakan, prevalensi perempuan berusia di atas 15 tahun yang mengalami depresi tercatat 1,8 persen sementara laki-laki 1,6 persen.
Survei juga menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup daripada pada laki-laki, yakni 0,33 persen berbanding 0,17 persen.
Walau begitu, perempuan lebih banyak yang mencari pengobatan gejala depresi ketimbang laki-laki, yakni 12,9 persen, sementara laki-laki 12,5 persen.
Yunita menyampaikan, masalah kesehatan jiwa (keswa) berkaitan dengan risiko mengalami kekerasan. “Seseorang yang kondisi fisik dan sehat mentalnya tidak baik atau kurang itu berisiko untuk mengalami kekerasan,” kata dia.
Data tahun 2019-2024 memperlihatkan tren kasus kekerasan pada perempuan cenderung meningkat. Pada tahun 2022, misalnya, jumlah kasusnya mencapai 11.538, lalu naik menjadi 11.712 pada tahun 2023 dan menjadi 12.161 kasus pada tahun 2024.
Pemerintah, kata Yunita, melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terkait penanganan masalah kesehatan jiwa.
Promotif, yakni upaya untuk menjaga masyarakat yang sehat jiwa itu tetap sehat jiwa. Kemudian upaya preventif atau pencegahan masyarakat yang berisiko masalah kesehatan jiwa tidak sampai jatuh ke masalah atau gangguan jiwa.
“Upaya preventifnya itu adalah dilakukan dengan deteksi dini. Kemudian, upaya kuratif dan rehabilitatif ini bagi yang sudah mengalami gangguan,” katanya.
Dia menambahkan, skrining kesehatan jiwa dapat dilakukan untuk deteksi dini dan pencegahan. Skrining bisa dilakukan di Puskesmas dan saat ini hampir seluruh Puskesmas di Jakarta sudah menyediakan psikolog klinis. (ney)









