INDOPOSCO.ID – Kondisi ekonomi nasional yang tengah bergejolak dalam dua tahun terakhir dinilai telah memberikan dampak nyata hingga ke sektor pendidikan.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sarana Prasarana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof. Machsus Fawzi, yang menyoroti penurunan daya beli masyarakat dari sudut pandang pengelolaan keuangan kampus.
“Kita merasakan ya bahwa kondisi daya beli masyarakat kita menurun dalam satu dua tahun terakhir ini,” ungkap Machsus dalam diskusi di Zona Kuliner Halal, Aman, dan Sehat (KHAS) ITS, Surabaya, Rabu (5/11/2025).
“Kita sangat merasakan, saya dari perspektif yang mengurus keuangan kampus, ya setidaknya indikasinya misalkan ketika penerimaan mahasiswa baru, kan tentu ada biaya masuk dan lain sebagainya. Setiap kali setelah satu semester berjalan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ternyata permohonan keringanan biaya itu rasanya kok semakin banyak,” lanjutnya.
Menurutnya, fenomena meningkatnya permintaan keringanan pembayaran tersebut menjadi indikator konkret melemahnya daya beli masyarakat. Ia menilai bahwa kondisi ini mencerminkan realitas ekonomi yang sedang “tidak baik-baik saja”.
“Saya kira di dunia kampus, ini indikasi bahwa kondisi ekonomi kita sesungguhnya memang sedang berat,” jelasnya.
Meski demikian, Machsus mengakui adanya secercah optimisme di tengah masyarakat, terutama setelah pergantian kabinet di bidang ekonomi yang memunculkan harapan baru.
“Kalau kita melihat perkembangan media sosial, seiring dengan pergantian kabinet di jajaran ekonomi itu, nampaknya masyarakat menemukan harapan baru. Walaupun mungkin ukuran-ukuran ekonomi belum bisa diyakini stabil, tapi ya indikator makro seperti indeks yang meningkat, saya kira itu memberikan harapan bagi publik,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menyinggung kebijakan pemerintah yang tengah menggulirkan stimulus ekonomi hingga ratusan triliun rupiah untuk memperkuat sektor riil.
“Semoga pergantian pimpinan yang diiringi dengan perubahan kebijakan itu betul-betul nanti menyentuh pada sektor riil,” harapnya.
“Dan gelontoran Rp200 triliun yang katanya mau disusulkan lagi dengan sekian puluh triliun, walaupun belum dirasakan, nampaknya mulai mengimbas karena menurut teman-teman di perbankan, itu diarahkan untuk sektor riil,” sambungnya.
Kendati dampaknya belum terasa secara langsung, Machsus tetap optimistis kebijakan tersebut akan memberikan efek positif terhadap daya beli masyarakat dalam waktu dekat.
“Bahwa itu sudah dikucurkan apakah langsung berdampak dalam satu bulan, mungkin belum kelihatan. Namun mudah-mudahan memang itu satu pilihan kebijakan yang betul-betul nanti berdampak bagaimana setidaknya dalam satu semester ke depan mulai kelihatan daya beli ini mulai meningkat,” tambahnya.
Dengan pandangan yang realistis namun penuh harapan, Prof. Machsus Fawzi optimistis bahwa sinergi antara kebijakan fiskal, stabilitas ekonomi makro, dan penguatan sektor riil akan menjadi kunci untuk mengembalikan daya beli masyarakat Indonesia. (her)









