INDOPOSCO.ID – Dokter spesialis neurologi lulusan Universitas Indonesia dr. Zicky Yombana, Sp.N, AIFO-K, DAIFIDN mengatakan perawatan secara menyeluruh termasuk pentingnya nutrisi untuk otak pada saat pemulihan stroke sangat penting dalam menjaga fungsi kognitif dan motorik.
“Dalam tahap pemulihan, nutrisi berperan sebagai bahan dasar perbaikan sel otak yang rusak. Kalau otak diibaratkan rumah yang rusak diterpa badai, maka nutrisi adalah bahan bangunan untuk memperbaikinya. Tanpa nutrisi yang tepat, proses pemulihan akan lambat,” tegas dr. Zicky dalam keterangan pers yang diterima, Jumat.
Zicky mengatakan penerapan gaya hidup sehat memengaruhi proses pengelolaan stroke, termasuk pola makan. Selain faktor genetik, dr. Zicky menyoroti bahwa gaya hidup dan pola makan tinggi garam, lemak, serta kurang aktivitas fisik, turut memperbesar risiko stroke.
Ia menjelaskan bahwa kebiasaan merokok dan konsumsi makanan berlebihan berkontribusi terhadap sindrom metabolik yang meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah.
Stroke merupakan kondisi darurat medis yang terjadi akibat terganggunya aliran darah ke otak, menyebabkan kematian sel otak dalam hitungan menit. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan salah satu penyebab utama kecacatan jangka panjang.
Stroke menimbulkan gangguan neurologis mendadak bahkan kelumpuhan. Maka penting untuk mengenali tanda-tanda awal stroke dengan metode SEGERA ke RS, yang berarti Senyum tidak simetris, Gerakan menurun, Bicara pelo, Rabun mendadak, Sakit kepala hebat, dan segera ke rumah sakit.
Zicky juga mengatakan stroke sering dianggap sebagai penyakit orang tua, tetapi kini stroke banyak menyerang usia produktif karena pola hidup yang tidak sehat. Maka, kesadaran pola hidup sehat menjadi langkah preventif paling efektif untuk menekan jumlah kasus stroke.
“Stroke adalah kondisi darurat medis. Masyarakat harus segera membawa pasien ke rumah sakit, bukan memijat atau mengobati sendiri di rumah,” katanya.
Menurut World Stroke Organization (WHO), setiap tahunnya terdapat lebih dari 12 juta orang di dunia yang terkena stroke. Lebih dari 16 persen di antaranya justru berusia muda, yaitu usia 15 – 49 tahun.
Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1.000 penduduk dan menjadi penyebab kematian tertinggi sebesar 18,5 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa stroke tidak hanya menyerang kelompok lanjut usia (lansia), tetapi juga usia produktif. (bro)









