INDOPOSCO.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan kerentanan tinggi terhadap berbagai jenis bencana karena posisi geografis dan geotektoniknya yang kompleks.
“Negara kita berada di pertemuan tiga lempeng aktif dunia dengan 13 segmen megathrust yang sebagian belum melepaskan energi tektoniknya. Ini berarti potensi gempa besar masih mungkin terjadi kapan saja,” kata Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam laman resmi BMKG, Jakarta, Jumat (7/11/2025).
13 segmen megathrust merupakan zona-zona di sepanjang pertemuan lempeng tektonik di Indonesia yang berpotensi menghasilkan gempa bumi berkekuatan besar atau megathrust dan berpotensi tsunami. Zona-zona itu diidentifikasi berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017.
Adapun daftar 13 segmen megathrust tersebut beserta potensi magnitudo gempanya: Megathrust Aceh-Andaman: Mencakup wilayah Aceh dan sekitarnya. Megathrust Nias-Simeulue. Megathrust Batu. Megathrust Mentawai-Siberut: Berpotensi gempa hingga M8,9.
Selain itu, Megathrust Mentawai-Pagai: Berpotensi gempa hingga M8,9. Megathrust Enggano: Berpotensi gempa hingga M8,4. Megathrust Selat Sunda: Mencakup wilayah Selat Sunda dan Banten, berpotensi gempa hingga M8,7.
Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah: Berpotensi gempa hingga M8,7. Megathrust Jawa Timur: Berpotensi gempa hingga M8,7. Megathrust Sumba: Mencakup wilayah Sumba, berpotensi gempa besar yang belum terjadi dalam waktu lama. Megathrust Laut Banda. Megathrust Sulawesi Utara, serta Megathrust Lempeng Laut Filipina.
Di sisi lain, BMKG mencatat sebanyak 850 kali gempa dirasakan sepanjang tahun 2025. Selain gempa, cuaca ekstrem juga mendominasi kejadian bencana dengan 65 persen berupa hujan lebat, 27 persen angin kencang, serta kejadian puting beliung dan hujan es yang paling sering terjadi di Jawa Barat.
BMKG berperan di hulu sistem penanganan bencana, dengan menyediakan informasi dan peringatan dini yang menjadi dasar aksi cepat lembaga lain seperti BNPB dan Basarnas di lapangan.
“Kami memperkuat sistem deteksi dini melalui pengadaan radar cuaca, radar maritim, serta sistem pengolahan data berbasis High Performance Computing (HPC),” ujar Teuku Faisal. (dan)









