INDOPOSCO.ID – Ketua Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof. Din Syamsuddin menilai dunia membutuhkan jalan tengah sebagai solusi atas krisis ekstremitas global yang muncul akibat dominasi politik, ekonomi, dan budaya yang berlebihan.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, Din menjelaskan gagasan tersebut menjadi dasar tema World Peace Forum (WPF) ke-9 yang akan diselenggarakan di Jakarta pada 9–11 November 2025 bertajuk “Mempertimbangkan Wasatiyyat Islam dan Tionghoa untuk Kolaborasi Global”.
“Dunia saat ini terjebak dalam ekstremitas, baik dalam ekonomi, politik, maupun budaya. Oleh karena itu, jalan tengah atau wasatiyyat menjadi tawaran moral bagi tatanan global yang lebih berimbang,” kata dia.
Menurut dia, konsep wasatiyyat Islam yang menekankan keadilan, keseimbangan, dan moderasi dapat dikolaborasikan dengan nilai-nilai kebijaksanaan Tionghoa yang menjunjung harmoni dan kemanusiaan.
WPF ke-9 diselenggarakan oleh CDCC bekerja sama dengan Cheng Ho Multi Culture Education Trust dan akan dihadiri lebih dari 300 peserta lintas bangsa, termasuk Presiden ke-4 Republik Kosovo Madame Atifete Jahjaga, Perdana Menteri ke-62 Jepang Yoshihiko Noda, serta Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla.
Din menyebut, forum ini bukan lembaga formal melainkan wadah moral atau moral forum bagi para tokoh lintas agama, budaya, dan bangsa untuk berdialog dan mencari solusi atas tantangan kemanusiaan.
“WPF sejak awal berdiri menjadi tempat pertemuan para peacemaker lintas peradaban. Kita tidak bicara politik praktis, tetapi mencari nilai universal untuk perdamaian dunia,” ujarnya.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu berharap hasil forum kali ini dapat melahirkan “pesan moral global” yang memperkuat kolaborasi antarnegara dan antaragama di tengah meningkatnya konflik dan ketegangan geopolitik dunia.
Dalam kesempatan itu dicontohkan ketegangan yang menjadi perhatian seperti serangan militer Israel yang masih berlangsung di Gaza, Palestina, hingga konflik di Sudan.
“Kita ingin Indonesia kembali memainkan peran penting sebagai bangsa penengah, bangsa yang membawa semangat perdamaian dan keseimbangan dunia,” katanya menegaskan. (ney)









