INDOPOSCO.ID – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, melakukan launching Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting ‘GENTING’,. Kegiatan tersebut dirangkaikan dengan peluncuran logo baru Kementerian, di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/12/2024).
Gerakan berbasis masyarakat ini menjadi gerakan gotong-royong seluruh elemen masyarakat, dan diharapkan dapat mengurangi jumlah Keluarga Risiko Stunting (KRS) secara signifikan. “Masyarakat secara perorangan atau berkelompok bisa ikut membantu KRS. Sebab, saat ini satu dari lima balita mengalami stunting, dan stunting dapat dicegah di periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),” ujar menteri Wihaji.
Dalam acara yang dihadiri Menteri Sosial Drs. H. Saifullah Yusuf, menteri Wihaji mengatakan saat ini terdapat 8,7 juta KRS dari total 75 juta keluarga di Indonesia. Melalui GENTING, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menargetkan akan melakukan intervensi terhadap satu juta anak stunting. Konsentrasi intervensi pada Dasil 1 yang memiliki angka kemiskinan ekstrem tinggi (prasejahtera I) dan banyak terdapat KRS.
Menteri Wihaji optimis melalui Genting yang didukung para pihak, termasuk dunia industri, penurunan stunting pada periode 2022-2023 yang sebesar 0,1 persen (SKI 2023) dapat diperbaiki. “Kami akan turun ke banyak daerah, turun ke lapangan, untuk menyelesaikan masalah yang ada. Ini sesuai arahan presiden. Negara harus hadir di tengah masyarakat. Tugas kita mencegah dan menggerakkan. Untuk ‘treatment’ ada Kementerian lain,” urai Wihaji.
Bagi para pihak yang akan ikut melakukan intervensi atau menjadi orang tua asuh bagi KRS, Wihaji menyuguhkan empat menu yang dapat diintervensi. Yakni, nutrisi, non nutrisi, akses air bersih dan edukasi. “Instansi kami hanya menyediakan data “by name by address by photo” rumah KRS. Bantuan dari orang tua asuh langsung ke penerima bantuan KRS, difasilitasi oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK),” ujar Wihaji, seraya menambahkan informasi bahwa saat peluncuran GENTING terdata ada 11.207 anak asuh akan didampingi oleh 4.920 orang tua asuh.
“Ini bukan program pemerintah, melainkan gerakan masyarakat yang bertujuan membantu keluarga kurang mampu,” ujar Menteri Wihaji.
Program ini akan fokus pada data yang akurat. Setiap anak yang menjadi sasaran akan didata secara rinci, termasuk nama, alamat, dan kondisi kesehatannya. Dengan demikian, bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran dan efektif.
Kali ini, masyarakat dilibatkan secara aktif melalui program orang tua asuh. “Kami ingin melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mengatasi masalah stunting,” kata Menteri Wihaji.
Program ini dinilai lebih efektif karena berbasis data dan melibatkan masyarakat secara langsung. Selain itu, program ini juga tidak membebani anggaran negara.
Menteri Wihaji memberikan tanggapan terkait fenomena childfree yang semakin marak. Ia menegaskan bahwa pemerintah menghormati pilihan setiap individu, namun tetap menekankan pentingnya keluarga dalam membangun bangsa.
“Kami memahami bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk tidak memiliki anak,” tutup Wihaji. (ney)








