• Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Nusantara

Mahasiswa ITS Kembangkan Potensi ‘Healing Tourism’ Suku Tengger

Folber Siallagan Editor Folber Siallagan
Sabtu, 8 April 2023 - 21:30
in Nusantara
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat melakukan riset untuk mengembangkan potensi budaya dan adat Suku Tengger sebagai healing tourism berbasis kearifan lokal di Indonesia. (ANTARA/HO-Humas ITS)

Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat melakukan riset untuk mengembangkan potensi budaya dan adat Suku Tengger sebagai healing tourism berbasis kearifan lokal di Indonesia. (ANTARA/HO-Humas ITS)

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya , Jawa Timur, menggagas pengembangan potensi budaya dan adat Suku Tengger sebagai healing tourism berbasis kearifan lokal di Indonesia.

“Potensi pengembangan healing tourism pada Suku Tengger adalah masyarakat dan budayanya,” kata Ketua tim mahasiswa ITS Mukhammad Akbar Makhbubi dalam keterangannya, Sabtu (8/4).

BacaJuga:

Polda Aceh Bangun 300 Sumur Bor Air Bersih untuk Korban Bencana

Gempa Bumi Berkekuatan M5,2 di Gorontalo, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami

Dampingi Presiden Prabowo, Gubernur Andra Soni Saksikan Akad Massal 50 Ribu Rumah Subsidi ​

Mahasiswa yang kerap disapa Bobi ini menjelaskan dalam mencapai ketentraman dan kesejahteraan, masyarakat Suku Tengger hidup dengan mengabdikan diri pada aturan adat yang dikenal dengan larangan malima (lima ‘ma’) serta pedoman walima (lima ‘wa’).

Larangan malima tersebut adalah maling atau mencuri, main atau berjudi, madat atau mengonsumsi narkoba, minum atau mengonsumsi minuman keras, dan madon atau berzina. Sedangkan walima (lima ‘wa’) yaitu waras atau sehat, wareg atau cukup makan, wastra atau cukup sandang, wisma atau memiliki rumah, dan wasis atau bijaksana.

Selain itu, Suku Tengger berada di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang menjadi salah satu atensi pariwisata Provinsi Jawa Timur.

“Keberadaan masyarakat Tengger yang hidup berdampingan dengan kawasan TNBTS dapat menjadi potensi dalam pengembangan healing tourism,” ujar mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITS tersebut.

Ia memaparkan, dari hasil riset di Desa Adat Ngadisari, Kabupaten Probolinggo, dan Desa Adat Wonokitri, Kabupaten Pasuruan, terdapat enam sensibilitas kultur yang dapat menjadi potensi pengembangan healing tourism pada Suku Tengger.

Kultur tersebut terdiri atas lunga atau berkebun, gegeni atau berkumpul di dapur atau tungku perapian, sanja atau bertamu menjelang senja, memidang atau berjemur diri, megeng atau meditasi, dan dedolan atau berkelana.

Kultur tersebut merupakan cara masyarakat Suku Tengger dalam memaknai budaya dan kegiatan sehari-hari. Dengan melakukan kegiatan itu dapat menimbulkan rasa senang, tenang, ikhlas, terbuka, dan damai dari masyarakat adat Suku Tengger.

“Kegiatan tersebut dinilai mampu mengurangi emosi negatif dan menjadi referensi pengembangan healing tourism,” ujarnya.

Selanjutnya, kultur tersebut disusun menjadi satu rangkaian kegiatan dengan konsep cultural-healing tourism. Konsep tersebut memuat pencarian makna, pengurangan emosi negatif, dan keseimbangan interaksi.

“Konsep ini akan membawa wisatawan untuk dapat merasakan pengalaman healing dari kultur sehari-hari masyarakat adat Suku Tengger,” ujar Bobi.

Bobi bersama empat rekannya dari Departemen PWK ITS berharap riset ini dapat berkembang sebagai bentuk kesiapan masyarakat dan infrastruktur penunjang wisata. (bro)

Tags: Healing TourismInstitut Teknologi Sepuluh NopemberITSmahasiswaSuku Tengger
Berita Sebelumnya

Anak Badak Putih di Taman Safari Diberi Nama ‘Ramadani Jumat Agung’

Berita Berikutnya

Ceng Beng, Tradisi Menghormati Leluhur bagi Etnis Tionghoa

Berita Terkait.

17662371664905061185514063000915
Nusantara

Polda Aceh Bangun 300 Sumur Bor Air Bersih untuk Korban Bencana

Sabtu, 20 Desember 2025 - 21:17
WhatsApp Image 2025-12-20 at 18.52.22
Nusantara

Gempa Bumi Berkekuatan M5,2 di Gorontalo, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami

Sabtu, 20 Desember 2025 - 19:42
WhatsApp Image 2025-12-20 at 18.45.53
Nusantara

Dampingi Presiden Prabowo, Gubernur Andra Soni Saksikan Akad Massal 50 Ribu Rumah Subsidi ​

Sabtu, 20 Desember 2025 - 19:27
IMG-20251220-WA0005
Nusantara

Wamensos Ajak Masyarakat Gotong Royong Bantu Korban Bencana Sumatra

Sabtu, 20 Desember 2025 - 18:09
sekda banten
Nusantara

PTUN Jakarta Tegaskan Pengangkatan Sekda Banten Deden Apriandhi Sesuai Ketentuan

Sabtu, 20 Desember 2025 - 13:05
andra-somi
Nusantara

Andra Soni Siap Tingkatkan Kualitas Daya Saing dan Keunggulan Sekolah CMBBS

Sabtu, 20 Desember 2025 - 12:27
Berita Berikutnya
Ceng Beng, Tradisi Menghormati Leluhur bagi Etnis Tionghoa

Ceng Beng, Tradisi Menghormati Leluhur bagi Etnis Tionghoa

  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.