• Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Koran
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Internasional

Warga Miskin Lebanon dan Kesengsaraan Berkepanjangan

Juni Armanto Editor Juni Armanto
Senin, 5 Desember 2022 - 04:44
in Internasional
libanon

Warga menunggu di dalam mobil untuk mendapatkan bahan bakar di sebuah SPBU di Zalka, Lebanon, 20 Agustus 2021. Foto : Antara/Reuters/Mohamed Azakir/File Photo/AWW/djo

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Hussein Hamadeh (51 tahun), saat ini menganggur dan tidak mampu menghidupi keluarganya yang beranggotakan empat orang.

Akhir-akhir ini, ia menghabiskan hari-harinya mencoba mencari bantuan untuk mengatasi kesulitan ekonomi berkepanjangan, yang ditakuti sebagian warga Lebanon telah menjadi gelombang krisis baru.

BacaJuga:

85 Orang Tewas Akibat Banjir Parah di Thailand

Banjir dan Longsor di Sri Lanka, 56 Orang Tewas dan 21 Masih Hilang

Dua WNI Meninggal dalam Kebakaran Besar di Hong Kong

Hamadeh kehilangan pekerjaan tetapnya di sebuah usaha pertukangan dan menderita penyakit yang membutuhkan pengobatan mahal.

Dia biasa mencari ikan dan menjual hasil tangkapannya untuk penghasilan tambahan.

Tetapi, calon pembeli di lingkungan kumuh tempatnya tinggal di pantai dekat bandara Beirut, sekarang tidak mampu membeli ikan atau tidak membelinya karena listrik sering padam sehingga mereka tidak bisa menggunakan alat pendingin.

Seperti kebanyakan orang Lebanon, keluarga Hamadeh benar-benar berada di tepi jurang akibat kesulitan ekonomi, meski tidak sampai terperosok terlalu dalam.

Kondisi tersebut mengakibatkan kehidupan yang melelahkan dan menimbulkan kecemasan yang membuat Hamadeh merasa bingung dan tidak dapat membuat rencana ke depan.

“Saya memiliki pandangan yang sangat pesimistis tentang masa depan. Saya menghadapi kondisi seperti ini setiap hari sebagaimana adanya, tidak ada masa depan bagi saya,” katanya.

Hamadeh ditemani kedua putrinya, berusia 9 dan 13 tahun, yang belajar dalam cahaya lampu temaram yang menembus jendela di rumah yang hanya punya satu kamar tidur dan terlihat gelap.

Sistem keuangan negara berpenghasilan menengah itu hancur berantakan pada 2019 hingga menyebabkan nilai mata uang jatuh.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), krisis itu telah menyeret empat dari lima penduduk Lebanon terjerembab ke dalam jurang kemiskinan.

Sebuah studi oleh jajak pendapat Gallup yang dirilis Desember lalu, menemukan hampir tiga dari empat orang yang disurvei di Lebanon mengalami stres “akibat menganggur” dibandingkan angka sebelumnya.

Kondisi itu merupakan yang terburuk dialami negara itu dalam 16 tahun.

Sekitar 63 persen responden mengatakan mereka akan meninggalkan negara itu secara permanen jika mereka bisa melakukannya.

Tapi dengan adanya bantuan, keluarga Hamadeh mencoba untuk tetap bertahan.

Bantuan sebesar 200 dolar AS (sekitar Rp2,4 juta) berasal dari kerabat dan program bantuan sosial pemerintah, dan dari para tetangga yang berbaik hati membantu selagi mereka bisa.

Biaya sekolah anak-anaknya sebagian besar ditanggung oleh badan amal dan sebagian obatnya disubsidi oleh negara.

“Hari ini kami bisa makan siang, berarti satu persoalan sudah selesai. Kalau besok, nanti lagi dipikirkan. Dulu, kami biasa merencanakan satu bulan atau satu atau dua tahun… sekarang, kami sudah kehilangan kemampuan untuk itu,” ujarnya.

Krisis tersebut, menurut pengakuan para politisi senior Lebanon sendiri, adalah hasil dari puluhan tahun pemborosan anggaran dan korupsi yang menyebabkan sistem keuangan negara runtuh.

Menurut para ekonomi, kondisi itu akan semakin parah selama politisi menunda meloloskan reformasi yang disetujui dengan Dana Moneter Internasional pada April tahun ini untuk membuka bantuan miliaran dolar.

Layanan dasar negara juga telah runtuh, subsidi pada hampir semua barang telah dihapus dan puluhan ribu warga Lebanon terpaksa meninggalkan negara itu untuk mencari pekerjaan di luar negeri dalam gelombang emigrasi terbesar sejak perang saudara 1975-90.

Bank Dunia menjuluki krisis tersebut sebagai “depresi yang disengaja” karena didalangi oleh elit politik dan keuangan. Pemerintah mengatakan tetap berkomitmen untuk menerapkan reformasi yang akan membuka jalan bagi kesepakatan dengan IMF.

Namun, tekanan publik untuk reformasi yang memuncak selama protes 2019 dan setelah ledakan pelabuhan Beirut Agustus 2020, perlahan mulai mereda.

Partai-partai yang telah memerintah selama beberapa dekade juga masih berusaha memperebutkan sebagian besar kursi dalam pemilihan parlemen pada Mei tahun ini.

“Rakyat Lebanon menerima dan terbiasa dengan semua kondisi ekonomi, politik, dan keamanan,” kata Mohammad Chamseddine, spesialis kebijakan dan penelitian di konsultan Informasi Internasional yang berbasis di Beirut.

Dia mencatat bahwa banyak rumah tangga telah menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. Mereka hidup dengan bantuan dan beberapa ratus dolar yang setiap bulan dikirim kerabat mereka yang bekerja di luar negeri.

Banyak warga Lebanon telah lama mengandalkan pengiriman uang, yang jumlah alirannya pun telah meningkat karena sekitar 200.000 orang telah beremigrasi sejak 2019.

Sementara itu, fungsi dasar negara semakin didukung oleh donor internasional yang berusaha mencegah kegagalan total negara.

Program Pangan Dunia juga mendukung sepertiga dari enam juta penduduk negara itu dengan bantuan makanan dan uang tunai, rumah sakit, sekolah dan bahkan gaji petugas keamanan juga didanai oleh donor internasional.

Ekonomi masyarakat Lebanon seperti terbagi dalam dua tingkat, terbagi antara mereka yang mendapatkan penghasilan melalui mata uang dolar –yang dikenal sebagai “kelas dolar”— yang mampu makan di restoran atau menyekolahkan anak mereka ke sekolah elit.

Kalangan lainnya adalah mereka yang berpenghasilan dengan mata uang lokal dan hanya mampu membeli sedikit lebih dari kebutuhan dasar.

Hamadeh mengatakan melihat restoran penuh di kelompok kelas atas Beirut,membuatnya sedih seperti dilansir Reuters melalui Antara.

“Menyakitkan, tapi kami sudah terbiasa dengan luka itu. Kulit kami sudah terbiasa. Kami sudah kebal.” (aro)

Tags: BBMenergikrisisLebanon
Berita Sebelumnya

Soal Tambang Ilegal di Kaltim, Ini yang Dilakukan KPK

Berita Berikutnya

Masa Tanggap Darurat Erupsi Semeru Dua Pekan

Berita Terkait.

jir
Internasional

85 Orang Tewas Akibat Banjir Parah di Thailand

Jumat, 28 November 2025 - 18:30
banjir
Internasional

Banjir dan Longsor di Sri Lanka, 56 Orang Tewas dan 21 Masih Hilang

Jumat, 28 November 2025 - 17:50
kebakaran-hongkong
Internasional

Dua WNI Meninggal dalam Kebakaran Besar di Hong Kong

Kamis, 27 November 2025 - 17:20
aviasi
Internasional

Indonesia Diproyeksikan Jadi Pasar Aviasi Terbesar Keempat Dunia

Rabu, 26 November 2025 - 12:50
kopi
Internasional

KBRI Bern Targetkan Peningkatan Ekspor Kopi RI ke Swiss

Rabu, 26 November 2025 - 12:02
mobil
Internasional

Mobil Khusus Paus Fransiskus Diubah Jadi Klinik Berjalan untuk Gaza

Rabu, 26 November 2025 - 11:42
Berita Berikutnya
erupsi

Masa Tanggap Darurat Erupsi Semeru Dua Pekan

BERITA POPULER

  • dedi

    Dedi Mulyadi: Siswa Masuk Barak Militer Bukan Latihan Perang, Bantu Kesehatan Mental

    759 shares
    Share 304 Tweet 190
  • From Villages to Schools: Wilmar Ensures Clean Water for Future Generations

    686 shares
    Share 274 Tweet 172
  • Dari Desa ke Sekolah: Wilmar Pastikan Air Bersih untuk Generasi Masa Depan

    669 shares
    Share 268 Tweet 167
  • Persik vs Semen Padang: Macan Putih siap Mental, Kabau Sirah punya Momentum

    665 shares
    Share 266 Tweet 166
  • Terpuruk di Liga, Persis Solo Diam-Diam Siapkan Sesuatu yang Mengejutkan

    996 shares
    Share 398 Tweet 249
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.